Review: Negeri Para Roh by Rosi L. Simamora

Tuesday, November 3, 2015

Judul : Negeri Para Roh
Penulis : Rosi L Simamora
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 288 halaman
Terbit: Oktober, 2015

SINOPSIS

Pada tanggal 6 Juni 2006, longboat berpenumpang lima kru sebuah stasiun televisi berangkat dari Agats menuju Timika. Mereka adalah Senna, Totopras, Sambudi, Bagus, dan Hara.

Belum lagi tengah hari, laut sekonyong mengganas dan longboat terbalik. Berbekal dry box berukuran lima puluh sentimeter persegi, empat dari mereka harus bertahan di tengah amukan Laut Arafuru. Yang seorang lagi terpisah bersama tiga awak perahu, terseret arus ke arah berlawanan.

Negeri Para Roh adalah kisah tentang kelima kru itu. Di negeri itu mereka belajar mengenal manusia Asmat dan relung-relung ritualnya yang purba. Mereka juga menyaksikan bagaimana roh-roh leluhur dihormati dan sekaligus ditakuti, terus diingat dalam patung-patung ukiran, namun juga dibujuk pergi dan diantar ke dunia abadi di balik tempat matahari terbenam.

Bukan itu saja. Di Negeri Para Roh itu pula Senna akhirnya belajar melepaskan, Totopras mengalami Tuhan, Sambudi mencoba merekatkan kembali dirinya yang retak, dan Bagus mendapat keberanian untuk menyatakan cintanya. Dan Hara? Ia menemukan dirinya sendiri.

Namun. Selamatkah mereka?


 REVIEW

Sena, Totopras, Bagus, Sambudi merupakan kru dari jejak petualang. Saat itu mereka ditugaskan untuk meliput berbagai ritual adat di Agats, sebuah daerah terpencil dan terbelakang dekat Timika-Papua. Mereka berempat merupakan orang-orang yang handal dalam bidangnya.

Hara merupakan presenter baru yang berhasil lolos dalam berbagai seleksi dan mempunyai kesempatan untuk bergabung dalam kelompok perjalanan ke Agats bersama keempat kru lainnya. Sambudi yang saat itu mengetahui bahwa mereka mendapatkan presenter baru yang belum berpengalaman langsung mengutarakan protesnya. Bagi Sambudi, Hara adalah seorang perempuan manja yang tidak mungkin bertahan dalam perjalan berat ke medan terpencil. Protesnya Sambudi tidak berpengaruh banyak, mereka tetap harus pergi ke Agats.

Setibanya di Agats pekerjaan mereka tidak dapat berjalan mulus seperti harapan. Suku Asmat sangat komersil, mereka mengharapkan bayaran sesuai untuk setiap ritual yang tim Jejak Petualang ingin abadikan. Agats bagaikan suatu daerah kecil dan terbelakang yang benar-benar menyimpan berbagai misteri yang menakutkan. Hara pun sempat ingin menyerah saat mengetahui banyak fakta yang harus Dia hadapi di Agats. Roh, pembunuhan keji -dikenal dengan istilah Pengayuan- dan berbagai mistis yang sangat kental dalam suku Asmat.
 
Hari terakhir di Agats memaksa mereka untuk segera pulang dengan longboat. Perjalanan pulang mereka tidak berjalan mulus. Mereka harus berusaha bertahan hidup di Laut Arafuru. Terpisah, merelakan barang berharganya untuk dilepaskan dan mempercayai keyakinan Tuhan ditengah mereka. Tuhan yang akan menyelamatkan mereka.


"Semua perjalanan selalu ditutup dengan pulang. Entah perjalanan itu jauh dan panjang, ataukah hanya trip singkat akhir minggu, atau sekedar ke kantor setiap hari. Kita selalu butuh pulang." (halaman 27)

Mereka banyak belajar dalam perjalanannya ke Agats. Hara yang harus mampu mengatasi rasa takutnya dan sikap manjanya. Sambudi yang berusaha memaafkan luka masa lalunya. Senna yang berusaha untuk tetap waras dan percaya akan Tuhan. Totopras yang akhirnya percaya akan keberadaan Tuhan dengan hal-hal sederhana yang mereka temukan setiap harinya. Bagus hadir dengan misterinya. Sena, Hara, Sambudi dan Totopras dipaksa untuk melepaskan rasa kehilangan yang mereka miliki, yang selama ini menghantui mereka.

Membaca kisah ini benar-benar membuatku merasakan kengerian. Semua fakta dan mistis yang diungkapkan penulis benar-benar pengetahuan baru yang kudapatkan. Ditengah-tengah banyak kota maju di Indonesia, daerah Agats seperti terlupakan dari perhatian pemerintah. Betapa sedihnya aku saat membaca kepercayaan mereka akan pengayuan. Keji, tidak berprikemanusiaan.

Menggunakan POV 1 membawa pembaca untuk membaca kisah kru Jejak Petualang selama di Agats. Alur maju-mundur membawa pembaca untuk menemukan sebab-akibat dari setiap peristiwa yang dikisahkan. Membaca kisah ini juga membuatku menjadi tahu akan dunia dibalik layar yang harus dihadapi orang yang bekerja di sebuah program petualangan yangs ering kusaksikan di TV.

Kisah ini mengajari pembaca disetiap kejadian buruk yang menimpa, putus asa akan bertahan hidup harus mempercayai keberadaan Tuhan ditengah-tengah kita dalam situasi tersebut. Tuhan selalu hadir tanpa kita sadari. Tuhan mengatasi masalah sulit yang kita hadapi dengan caranya sendiri.

Novel ini bukan romance memang. Diangkat dari kisah nyata, novel ini benar-benar direkomendasikan untuk kamu yang membutuhkan suatu kisah baru dalam sebuah novel. Untuk kamu yang ingin mengetahui hal baru di daerah terpelosok Papua. Bacalah dan kamu akan mengucap syukur akan hiidupmu sekarang.
Selamat membaca!

0 komentar:

Blog contents © Book world 2010. Blogger Theme by Nymphont.