[Blog Tour] Review & Giveaway: Gravity by Rina Suryakusuma

Sunday, March 6, 2016

Judul : Gravity
Penulis : Rina Suryakusuma
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 328 halaman
Terbit : Febuari, 2016

SINOPSIS

Cecilia selalu merasa ia dan Declan seperti magnet yang tarik-menarik, tetapi kecintaan Declan untuk traveling dan profesinya sebagai fotografer membuat pria itu sering meninggalkan Cee. Lama-kelamaan kehadiran Declan mulai terasa hanya sebatas suvenir, foto, dan pesan singkat.

Hingga suatu hari, pertemuan yang tak sengaja dengan Bernard, menggoyahkan Cee. Sang business analyst memesona hati Cee dengan sosoknya yang selalu ada ketika Declan selalu meninggalkannya. Dan, ketika Cee nyaris yakin dengan perasaannya terhadap Bernard, Declan kembali mencoba memenangkan hati Cee.

Cee bimbang, namun seperti gravitasi, semua orang yang sudah digariskan ada dalam hidupmu, akan selalu kembali padamu. Tapi benarkah akan selamanya seperti itu?

------------------------------------------------------
REVIEW

Bekerja sebagai Photo Editor di salah satu kantor media cukup besar di Jakarta membuat Cecelia mengenal dengan baik dan cinta akan dunia foto. Kecintaan Cee -begitu Cecelia biasa dipanggil- membuatnya untuk bertemu dengan traveler ganteng bernama Declan.

Declan selalu berhasil membuat Cee menunggu perjalanan panjang yang dilaluinya. Cee selalu menanti kepulangan Declan dengan suvenir hadiah yang diberikannya. Terlebih lagi Declan memiliki foto yang luar biasa disetiap akhir dari perjalanannya. Di tangan Declan akan selalu ada moment baik yang dia tangkap menggunakan lensa kameranya. Kehadiran Declan selalu memberikan sesuatu yang hangat dalam hati Cee. Namun, hidup Cee akan langsung sepi saat Declan kembali dalam petualangannya dan entah berapa lama akan hadir kembali dalam sisi Cee.

"Foto yang baik bukanlah refleksi tentang apa yang seseorang lihat, melainkan yang becerita tentang apa yang seseorang rasakan ketika mata mereka menangkap gambar tersebut." (Halaman 70)
Tanpa sengaja di waktu makan siang, saat Cee berjanji bertemu dengan Declan setelah kepulangan pria itu dari entah petualangannya yang mana, Cee bertemu dengan seorang pria yang menumpahkan kopi di atas blazer kerja Cee. Sesepele itu pertemuannya dengan cowok yang bernama Bernard. Namun mengenal Bern Cee sadar akan 1 hal, bahwa hidup bukanlah liburan. Hidup harus menetap. Hal itu Cee dapati dari kehadiran sosok Bern. Bern selalu menyediakan waktu tanpa Cee sadari. Bern selalu punya suatu kejutan yang tidak disadari Cee, bahkan yang tidak Cee temui dari Declan.

"Sesuatu yang selalu kau cari, kadang datang ketika kamu sudah tidak mengingankannya lagi. Ketika penantianmu akhirnya tiba, biarpun hanya sekelumit, tetap ada rasa bahagia. Gembira ketika kamu tahu, bahwa untuknya kamu pun memiliki arti." (halaman 228)
Hubungan manis dengan Bern tidak berjalan mulus yang dipikirkan Cee. Saat Declan mengajak Cee untuk berlibur berdua, Cee ragu dalam hatinya. Cee ragu akan sosok Bern yang terlihat nyata. Cee terlampau senang dengan penantian panjang cintanya dengan Declan sudah bersambut dengan baik. Lalu siapa yang Cee pilih? Declan atau Bern yang nyata?
------------------------------------------------
Membaca tulisan Rina ternyata selalu membuatku tercengang dengan kemampuan penulisan beliau. Termasuk dalam karya terbarunya gravity ini. Buku ini cukup tebal jujur saja, namun saat aku membacanya ada keterikatan tersendiri yang membuatku terus membaca hingga halaman akhir.

Aku suka tema yang diangkat. Bukan romance biasa yang memilih siapa yang lebih pantas: Declan atau Bern. Tapi cerita ini juga mengambil tema keluarga dan alih-alih dendam masa lalu Cee, penulis justru membelokan pandangan pembacanya. Aku pun sempat mengira Cee akan menjadi tokoh antagonis dalam kisah ini. Salut deh sama twist yang diberikan penulis.

Menggunakan POV ketiga, aku jadi memahami bagaimana rasanya berada diposisi Cee. Seorang cewek yang tiba-tiba dihujani banyak konflik dalam hidupnya. Belum lagi pemaksaan Cee untuk memilih: mimpi atau realita. Penulis berhasil mengemasnya dengan manis.

Dan, akh tokoh Bern. Bern akan menjadi idola baru dipembaca metropop. Bern yang selalu menjadikan Cee prioritasnya benar-benar membuatku bergunam: Akh, sosok Bern sudah langka dalam dunia nyata :) Suka bagaimana penulis membentuk karakter Bern dalam kisah ini.
"Waktu orang mengatakan padamu bahwa mereka sibuk, itu bukan mengacu pada jadwal mereka., melainkan pada urutan prioritas mereka." (halaman 150)
 Jujur saja aku geram dengan ketidakpastian pendirian yang dimiliki Cee. Entahlah, namun aku rasa sebagai seorang perempuan juga harus cermat dalam menentukan pilihan. Kalau tidak mau menyesal dan tidak bisa memperbaiki kesalahan yang sudah kamu buat.

Menjelang ending cerita, aku suka bagaimana penulis menganalogikan cinta dengan kenyataan. Sosok Declan memang menawan, tapi kita seringkalai ragu untuk mengambil resiko berada disosok menawan tersebut bukan? Terimakasih untuk penulis akan logika yang aku dapat diakhir cerita. Sweet banget :")

Novel ini bukan hanya mengajarkan pembaca untuk pintar memilih keputusan, memilih antara realita dan mimpi. Membaca novel ini juga mengajarkan pembaca untuk mampu memaafkan seseorang dari masa lalu yang mungkin menyakitimu sangat dalam. Mampukah kamu memaafkannya?

Overall, buku ini rekomen untuk kamu yang mencari bacaan bukan hanya cinta-cintaan semata.




Selamat membaca!
-----------------------------------------------

GIVEAWAY TIME!

Selamat datang dalam rangkaian Blog Tour: Gravity by Rina Suryakusuma. Yey!
Ini merupakan pemberhentian kedua dari tiga blogger yang ikut serta. Setelah membaca reviewku di atas, kamu tertarik untuk dapat novel gravity ini gratis?


Aku bekerjasama dengan Rina Suryakusuma ingin memberikan 1 eks novel gravity ini secara gratis untuk kamu yang beruntung. Hadiah buku akan langsung dikirimkan dari penerbitnya. Mau? Caranya gampangan banget:

1. Kamu berdomisili di Indonesia

2. Follow blog ini via GFC atau email.

3. Follow akun twitter @Rinasuryakusuma dan @aprlboanarges lalu mention kedua akun tersebut dengan mempromosikan giveaway ini menggunakan hastag #gravity

4. Jawab pertanyaan berikut dengan menyertakan Nama, akun twitter dan link share di kolom komentar:
"Mimpi / Realita? Kenapa?"
5. Giveaway ini berlangsung dari tanggal 6 - 11 Maret 2016 pukul 23:59 WIB. Pemenang akan langsung diumumkan via twitter dan blog tanggal 12 Maret 2016.

6. Jawaban tidak dinilai berdasarkan sistem random, jadi jawablah semenarik mungkin :)

PS: Usahakan memenuhi syarat yang tertera di atas ya karena aku akan mengeceknya! ^^

GOOD LUCK!

Regards,
-APRL- 
 

51 komentar:

whella said... Reply Comment

Nama : Whella Nurlela
twitter : @whella_ND
Link share : https://twitter.com/whella_ND/status/706290688405581824

jujur pertanyaan yang sulit. aku akan terjebak bila menjadi cee.
jika memilih mimpi, mungkin mimpi akan menjebak kita. dan tidak mengabulkan apa yang kita impikan. dan membuat kita hancur didalamnya. dan jika mimpi kita dikabulkan itu akan sangat indah
jika memilih realita. pasti itu nyata :v. dan kita bisa menikmati indahnya hidup. tanpa perlu merasakan kesedihan.
dan memikirkan yang tidak pasti.

dan.. aku memilih mimpi. karena dengan mimpi kita dapatb mewujudkannya. meski terkdang aku tahu tidak semua akan terwujud. tetapi aku akan sedih jika mimpiku tidak sesuai realita. tapi dengan begitu aku akan tahu batasan untuk memimpikan sebuah realita. dan dengan begitu aku akan terbiasa untuk tidak bersedih..

Wish me luck :D

Jace said... Reply Comment

Nama: Fitriscia Jacilia
Twitter: @ jacilpo
Link Share: https://twitter.com/jacilpo/status/706359749646790656

Mimpi atau Realita?
Aku akan memilih Realita. kenapa? Boleh saja kita bermimpi, tetapi kelamaan bermimpi hanya akan membuat kita lupa bahwa kita hidup bukan di dunia mimpi, dunia yang bisa kita atur sesuka hati sesuai mimpi kita. Tapi kita hidup di dunia yang real, sesungguhnya, nyata. Maka itu aku lebih memilih sesuatu yang real dari pada sesuatu yg hanya mimpi. Mimpi bagiku hanya kujadikan suatu acuan dan harapan yang ingin kutuju di realita. Aku tidak ingin terus2an bermimpi yang akhirnya membuatku lupa bahwa semuanya itu bukan untuk diimpikan saja, tapi harus diwujudkan dan dijalani di realita. Maka itu dengan pasti aku memilih REALITA ;)

Weni Syahfitri said... Reply Comment

Nama: Wika Agustina
Twitter: @agstnwika
Link share: https://twitter.com/agstnwika/status/706372822193451008

Hidup itu pilihan. Dan jika harus memulih, saya akan memilih realita. Meskipun terkadang realita itu tidak seperti yg kita inginkan, namun setidaknya realita itu lebih pasti ketimbang mimpi. Hidup tidak usah muluk-muluk. Kita boleh saja bermimpi namun harus diketahui bahwa mimpi itu pada dasarnya hanya sebuah penyemangat agar kita bisa menjalani dan meraih cita-cita dikehidupan nyata. Tidak usah berlarut dalam mimpi, karena selama apapun kamu bermimpi kamu pasti akan terbangun di kehidupan nyata yg sesunggguhnya.

Unknown said... Reply Comment

Nama: Arie E. Pradianita
Twitter: @APradianita
Link Share: https://twitter.com/APradianita/status/706379565145272320

Saya (CECILIA) lebih memilih MIMPI (DECLAN), karena:

Dari sudut pandang MIMPI (DECLAN):

Kamu menganologikan kalau dia adalah realita (BERNARD) dan aku adalah mimpi (DECLAN).

Dia membuatmu berhitung. Menghitung waktu, menghitung hidup. Bahkan cinta tak luput kamu hitung. Dia yang menyadarkan kamu tentang kenyataan hidup. Bahwa hidup tak selalu seindah pikiranmu, tak sesuai keinginanmu. Dia yg membuatmu tertunduk untuk diatur dan dikontrol.

Kamu butuhkan dia saat pagi hari menjelang senja. Kebutuhan untuk bangun, menghadapi kenyataan hidup bahwa kamu harus bekerja untuk membuatmu bertahan. Dia adalah tempatmu bersandar ketika kamu mengalami kesulitan hidup, ketika hitunganmu terhadap dunia mulai kacau dan berantakan. Dia adalah penghubung antara kamu dengan realita.

Aku adalah orang yang kamu cari untuk melarikan diri dari realita hidup. Ketika kamu lelah dan muak dengan kerasnya hidup, yang kamu benci, yang membuatmu lupa dengan mimpi-mimpi dan impianmu. Aku adalah tempatmu beristirahat ketika kamu jenuh dan kecewa. Akulah yang membuatmu merasa bebas, bergairah dan hidup kembali. Itu katamu.

Kamu butuhkan aku saat senja menuju pagi. Senja ketika langit jingga yang kamu sukai muncul, mengingatkanmu kembali tentang mimpi-mimpimu. Kemudian malam datang dan kamu mencari aku untuk menemanimu memanggil mimpimu. Lewat bibirmu terucap semua idealisme dan keinginan terdalam-mu. Mimpi dan impian yang tak dibatasi realita. Kamu tumpahkan, kamu dongengkan segala yang kamu inginkan padaku.

Semua orang memiliki dan membutuhkan mimpi. Itulah yang membuat mereka merasa bergairah. Mungkin juga itulah salah satu alasan mereka tetap hidup. Namun, pada kenyataannya antara mimpi dan realita, realitalah yang akan mengikat dan memiliki dirimu. Realita akan membuatmu lupa akan mimpi dan impianmu, lupa pada hal-hal sederhana dimana tak perlu hitung menghitung hanya untuk bertahan hidup. Aku tahu bukan itu yang kamu inginkan, tapi itulah hidup.

Aku tak mau hanya menjadi senja menuju pagi-mu. Aku juga inginkan pagi menuju senja milikmu. Aku mampu berhitung jika itu yang kamu butuhkan. Aku memang tidak sepandai dia yang telah menghadapi realita lebih dulu dibanding aku. Tapi aku mau belajar. Ajari aku cara menghitung hidup, tapi jangan mengitung cinta karena aku tak mampu melakukannya. Buat aku mengerti bahwa hidup butuh hitung menghitung, tidak hanya butuh mimpi dan impian saja. Toh tak mungkin manusia bisa hidup cuma dari mimpi dan impian saja bukan? Terkadang, manusia butuh bernegosiasi dengan realita bahwa belum saatnya mimpi memelukmu.

Kamu menganologikan kalau dia adalah realita dan aku adalah mimpi.

Lalu, manakah yang kamu pilih? Realita atau mimpi? Dia atau aku? Bisakah kamu memutuskannya? Maukah kamu tentukan pilihanmu? Aku ingin mengingatkan bahwa tidak bisa dan tidak mau adalah dua hal yang berbeda. Pahami dua hal itu, mungkin akan lebih mudah bagimu untuk menentukan keputusan.

Adakah kemungkinan kamu inginkan keduanya? Sehingga kamu merasa lengkap? Sehingga bahagia selalu mampu kamu genggam?

Aku mau kamu memilih, karena aku tak mau ada dia dlm hidupmu. Hidup kamu, yang menganologikan kalau dia adalah realita dan aku adalah mimpi..

Unknown said... Reply Comment

Nama: Cahya
Twitter: @chynrm
Link tweet: https://twitter.com/chynrm/status/706390188512059392

Realita.
Alasannya? Because I never dream. Kalau mimpi, setelah bangun ya tidak ada apa-apa. Dan aku juga mengadaptasi dari quote di bawah ini karena aku punya pendapat yang sama dengan statement berikut.

"Bukankah indah, jika kita hidup tanpa mimpi yang muluk-muluk? Tanpa ekspektasi berlebihan yang harus dilampaui? Karena untuk beberapa orang, mimpi adalah membuka mata dan masih mau melihat hari esok. Mimpi yang terlalu besar berpotensi menjadi destruktif, membuat orang menjadi serakah dan lupa bersyukur."

- from a novel Unforgettable by Winna Efendi

Rumah Cerita Asri said... Reply Comment

Asri Rahayu MS
@princessashr
https://twitter.com/PrincessAshR/status/706368949240266752

Realita. Walaupun banyak orang bilang dunia ini panggung sandiwara, setidaknya itu trjd di dlm kehidupan nyata. Bukan mimpi. Kenapa? karena sekalipun sakit rasanya saat kita berada di dalam suatu peran di kehidupan nyata, setidaknya setelah itu kita akan merasa baik-baik saja, bisa move on, bangkit.

Sedangkan dunia mimpi, kita pasti akan lebih terlena dengan mimpi yang kita alami hingga kita enggan bangun dan ingin tetap berada di dunia mimpi. Walaupun dunia mimpi kita seindah apapun, seburuk apapun, seperti ada yg menahan kita untuk tetap menikmatinya. Hingga kita enggan berada di dunia nyata.

Novi Andriyani said... Reply Comment

Nama: Novi Andriyani
Twitter: @nvandryn
Link Share: https://twitter.com/nvandryn/status/706416101257715713

Jawaban:
Aduh bingung sih ya hahaha, aku orgnya suka bermimpi sih hahahaha. Kalo harus memilih aku lebih pilih realita, kenapa? Karena hidup bukan hanya untuk bermimpi, tapi memang sebenernya memiliki mimpi ga masalah karena mimpi dan realita juga saling berhubungan karena sebuah mimpi bisa menjadi realita/nyata jika kita berjuang untuk mewujudkanya. Sebuah mimpi juga menjadikan motivasi untuk membangun masa depan. Kalo cuma bermimpi tp ga pernah berjuang agar mimpi itu menjadi nyata buat apa? Drpd begitu lebih baik kita liat realita ya walaupun kenyataanya realita itu lebih menyakitkan. Justru realita yg mengigatkan kita jika hidup bukan hanya untuk bersenang2. Realita juga mengajarkan bahwa kita hidup penuh dgn lika-liku.

bintang ach said... Reply Comment

Bintang Permata Alam / @bintang_ach / Link: https://twitter.com/Bintang_Ach/status/706396474750451713
.
.
Mimpi/Realita? Kenapa?
.
.
MIMPI. Mimpi untuk realita.
Aku lebih memilih mimpi. Karena saat bermimpi, kita bisa memimpikan apa saja. Memimpikan apa pun yang nantinya akan menjadi realita kita. Memimpikan sesuatu untuk melahirkan niat. Niat untuk melahirkan rencana, dan rencana yang membuat kita tekad. Tekad untuk melakukan apa saja yang telah kita rencanakan, apa saja yang telah kita niati, dan apa saja yang telah kita impikan. Dengan begitu, akan terdengar mustahil jika jalan menuju realita akan berbelok arah. Dengan mimpi, semuanya ada di tangan kita, semua serba terarah, dan kita yang menentukan. Tuhan hanya memberikan hasil dari kerja keras kita tersebut.
Sebab itulah aku memilih mimpi, dan aku tidak memilih realita. Bukan maksud takut menjalani kenyataan. Tapi, bukankah tanpa mimpi, kita tidak memiliki arah?
Dalam realita kita tidak bisa lagi bermimpi, dan dalam realita kita tidak lagi memiliki arah. Sebab, realitamu adalah AKHIR dari mimpi-mimpimu.

Unknown said... Reply Comment

Dias Shinta Devi
@DiasShinta
https://twitter.com/DiasShinta/status/706451797691346944

aku pilih mimpi..
karena semua orang sukses itu berawal dari mimpi. mereka yang tak memiliki mimpi sama seperti tak memiliki harapan, dan dunia ini tak diciptakan untuk orang-orang yang tak punya harapan.
dengan mimpi, kita bisa bertahan, kita mau bertahan dan kita mampu bertahan dalam keadaan sesulit apapun.
bukan mimpi yang hanya menjadi bunga tidur, mimpilah dalam keadaan sadar :) maka kesadaran itu yang akan membawamu untuk mewujudkan mimpi. mimpi itu selalu manis, semua orang suka dan ingin hidup yang manis. semua orang takkan segan untuk mengorbankan segalanya untuk mewujudkan mimpinya. apalah artinya realita yang manis tanpa tahu apa yang diimpikannya? hal yang paling diinginkannya?
Thank you GAnya :)

Unknown said... Reply Comment

Nama: Fetreiscia Frida
Akun Twitter: @fetreisciafrida
Link share: https://twitter.com/fetreisciafrida/status/706456832919756801
Aku akan memilih realita.
Mungkin mimpi itu menyenangkan. Ada sebuah lirik lagu yang mengatakan bahwa mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia. Itu benar. Sebuah awal dari pengharapan adalah adanya sebuah mimpi. Akan tetapi jika kita terus hidup didalam dunia mimpi berarti kita menjebak diri sendiri untuk tetap hidup di zona aman kita. Menciptakan dunia yang kita inginkan. Adanya kebahagian tanpa mengalami kesusahan. Adanya cinta tanpa mengalami rasa sakit. Ataupun adanya pertemuan tanpa mengenal kata berpisah. Sungguh indah rasanya jika mimpi benar2 bisa terjadi di kehidupn nyata dan mimpi kita bukan hanya sekedar mimpi.
Akan tetapi jika kita terus hidup di dalam mimpi, kita tak akan menjadi manusia yang bertumbuh. Kita akan menjadi manusia yang diam di satu tempat. Kita tak akan mengenal apa itu rasanya jatuh ketika berusaha, pahitnya ditinggal pergi oleh orang yang kita kasihi atau mengalami cinta yang hanya dirasakan oleh kita sendiri. Manusia tidak akan mengalami pertumbuhan ketika mereka memilih untuk terus berada di zona nyamannya, dalam hal ini terus bermimpi. Karena semuanya dapat kita rasakan hanya di realita. Hanya hidup di dalam kenyataan lah kita dapat membangun diri untuk menjadi manusia yang lebih kuat dan lebih dewasa lagi.
Pada akhirnya, aku tidak mengatakan bahwa mimpi itu salah. Manusia yang bermimpi itu baik, tapi manusia yang hidup di dalam mimpi nya itulah yang salah.
Karena itu saya lebih memilih realita, kenyataan yang ada lah yang membuat hidup menjadi sebuah petualangan.

Askyu said... Reply Comment

Nama: Rozi
Twitter: @marcinhauchiha
Link Share: https://mobile.twitter.com/marcinhauchiha/status/706460071203631

Mimpi atau Realita?

Jawaban: saya memilih MIMPI.
Karna, jika kita tak punya mimpi maka hidup kita akan hampa tanpa tujuan, seperti kisah di novel Requiem. hidup akan begitu lurus dalam kenyataan tanpa kita mau bermimpi. Mimpi membuat hidup kita lebih bergelora. Ketika bahu kita kuat memikul beban kehidupan nyata yang amat berat dan kita tidak kehilangan kesadaran, maka kita akan punya waktu untuk mengatasi situasi seberat apa pun. Seperti anak-anak, mereka membiarkan dirinya selalu menjadi pemenang (Ninja, Power Rangers dll) dengan kita mempunyai mimpi kita bisa mengkhayalkan kalau kita bukan seorang pecundang, seberat apa pun kita menahan beban yang kita pikul. Mimpi adalah sebuah benteng pertahanan yang amat kukuh, yang tak mudah di hancurkan oleh betapa kejamnya realita yang ada sekarang. :)

Pida Alandrian said... Reply Comment

Nama : Pida Alandrian
Twitter : @PidaAlandrian92
Link Share : https://twitter.com/PidaAlandrian92/status/706482402571321344

Mimpi/Realita?

Realita. Kenapa? Karena hidup ini tidak untuk di khayal. apapun yang terjadi di dalam hidup harus kita hadapi. seberat apapun itu. walaupun kita terpuruk akan musibah yang menimpa diri kita.

Sedangkan mimpi menurutku hanyalah untuk org2 yang tidak mempunyai kekuatan utk menghadapi dunia yg nyata. tadak ada tantangan utk org yg hanya bemimpi.

Sekian
Salam Pida Alandrian

Fikri Ghozali said... Reply Comment

Nama : Fikri Ghozali
Twitter @Figho_20
Link Share : https://twitter.com/Figho_20/status/706616282808918017

"Mimpi / Realita? Kenapa?"

saya memilih mimpi karena hidup berawal dari mimpi. memang mimpi memiliki dua sisi : bisa menjadi kekuatan tapi di sisi lain juga bisa membunuh. Menjadi membunuh ketika orang terlalu larut dalam mimpi. tapi jika kita tidak larut dalam mimpi, menggunakan mimpi sebagai motivasi untuk maju dan mengembangkan potensi diri maka kita akan meraih apa yang selama ini kita impikan. bermimpi namun tetap melihat realita yang ada.

Salam.

Eni Lestari said... Reply Comment

Nama: Eni Lestari
Twitter: @dust_pain
Link Share: https://twitter.com/dust_pain/status/706658881447964672

"Mimpi / Realita? Kenapa?"

aku akan memilih mimpi, karena cuma di dalam mimpi lah aku bisa mewujudkan hal2 absurd yang gak mungkin terjadi di dunia nyata. mimpi juga membantuku untuk relaks dan sedikit melarikan diri dari keriuhan dunia nyata yang kadang bikin tertekan. memang, memilih mimpi ada konsekuensinya. ketika kita terlalu memikirkan mimpi, kita akan dicap pengkhayal dan gak realistis. tapi tanpa mimpi, manusia akan terasa 'hambar' menghadapi realitas hidup yang begitu kompleks dan seperti gak ada habisnya. menurutku, mimpi lah yang menjadi penawarnya. seiring bertambahnya usia, kita juga bisa menjadikan mimpi kita sebagai motivasi untuk melangkah maju ke depan :)

Dedul Faithful said... Reply Comment

Nama: Dedul Faithful
Twitter: @dedulfaithful
Link Share: https://twitter.com/dedulfaithful/status/706642676964196352

Aku akan lebih memilih mimpi, karena pada realita ada batasan-batasan yang tidak bisa kita capai, sedangkan lewat mimpi segalanya bisa terjadi. Entah di dalam mimpi itu hanya hayalan besar kah, atau hal-hal aneh lain, tidak apa-apa asalkan kita bisa menyikapinya dengan positif, menurutku cukup. Bonusnya ketika kita percaya mimpi kita, malah realita-realita akan banyak kita capai.

AM. Hafs said... Reply Comment

Nama: Muhammad Agus
Twitter : @AM. Hafs
Link Share : https://twitter.com/am_hafs/status/706700541158502400

Mimpi atau realita? Ah, hidup ini penuh sekali dengan pilihan. Bahkan ketika bernapas pun, kita bisa memilih untuk menahan atau mengembuskannya. Membiarkanangin keluar masuk seperti biasa, atau menariknya dalam-dalam lalu mengembuskannya keras-keras. Oh Really, Life is choice.
Kembali ke mimpi atau realita? Ini kalau dipaksakan seperti memilih Ibu atau istri. Rumit. Kenapa tak didamaikan saja. Biarkan keduanya saling mengisi. Biarkan keduanya saling memberi pelajaran. Sudah banyak sekali bukti bagaimana akhirnya mimpi kerap menjadi realita.
Namun, jika tetap harus 'memilih' mungkin aku akan pakai bahasa prioritas. Sama seperti qoute di atas, "Waktu orang mengatakan padamu bahwa mereka sibuk, itu bukan mengacu pada jadwal mereka., melainkan pada urutan prioritas mereka." (halaman 150). Maka, aku akan memilih mengutamakan ibu dibanding istri. yang artinya, aku memilih mengutamakan mimpi dari realita.
Ibu, adalah alam mimpi. Sembilan bulan kita berada dalam rahimnya. Seolah tengah bertransisi dari alam impian seorang ibu, menuju ke dunia nyata. Yang pada akhirnya, seseorang akan hidup lebih banyak bersama realita -istri- tanpa perlu meninggalkan mimpi -ibu-.
Mimpi adalah induk, peta, tuntunan. Yang dengannya realita menemukan jalur demi jalur, pencapaian demi pencapaian, dan pada akhirnya, semua realita itu menjadi kenangan yang kerap hadir dalam mimpi.

AM. Hafs
Bhumi, 07 Maret 2016

Nunaalia said... Reply Comment

Nama: Aulia
Twitter: @nunaalia
Link share: https://twitter.com/nunaalia/status/706706415998504960

Realita. Karena aku bukan hidup di alam mimpi. Yang kujalani saat ini adalah realita. Kita memang harus punya impian dan cita-cita agar memiliki tujuan dan semangat untuk mencapai apa yg diinginkan. Tapi realita-lah yg membuat kita bisa mencapai impian/cita-cita itu, tidak bisa cuma hanya bermimpi!

romanitamore said... Reply Comment

Nama: Ratna Sari
Twitter: @nAshari3
Link Share: https://twitter.com/nAshari3/status/706721553690439682

Mimpi/Realita?? Realita donk.
Karena seindah-indahnya mimpi, jika tidak sesuai dengan Realita (kenyataan), jadi PERCUMA.

Jawabannya singkat aja ya kak, mudah-mudahan suka :D

wish me luck ^_^

romanitamore said... Reply Comment
This comment has been removed by the author.
Unknown said... Reply Comment

Nama : Tanya Fransisca
Twitter : TanyaFcsh_
Link :https://twitter.com/TanyaFcsh_/status/706704035441553408

Mimpi atau realita?
Aku pilih realita
Karena seindah dan senyaman apapun mimpi, ia hanya sebuah lubang yang tak berdasar
Kau tidak akan dapat berpijak dengan kokoh di sebuah mimpi
Bahkan jika kau sudah berada di dalamnya terlalu lama kau akan sulit untuk bangun
Karena diriku pun pernah berada di dlm dunia mimpi dan perlahan mimpi itu hanya akan menelanku hidup2 tanpa pernah tersadar sebelumnya

dianmayy said... Reply Comment

Nama: Dian Maya
Twitter: @dianbookshelf
Link share: https://twitter.com/dianbookshelf/status/706742404016025600


Mimpi.
Karena kalo kita sudah memiliki mimpi yang menjadi tujuan hidup kita, artinya kita akan mati-matian mewujudkan impian kita itu yang mana lambat-laun akan menjadi realita.

Didi Syaputra said... Reply Comment

Nama: Didi Syaputra
Twitter: @DiddySyaputra
Link Share: https://mobile.twitter.com/DiddySyaputra/status/706838847171088384?p=v

Realita.

Sebab kehidupan yang kujalani saat ini di dunia nyata, bukan di benak ataupun di alam mimpi. Aku gak bisa hidup di sana, karena memang tempatku bukan di sana. Gak peduli sesempurna apapun kehidupan yang ditawarkan benakku, kehidupan tersebut gak akan pernah cukup untuk menandingi kehidupanku yang nyata. Karena hidup adalah kenyataan. Sepahit apapun kenyataan itu, kenyataan tetaplah kenyataan, kenyataan tetap menjadi yang terbaik untukku. Kenyataan jualah yang pada akhirnya akan menjuarai persaingan dan memberikan akhir bahagia di kehidupanku yang mungkin saja seringkali gak sesuai harapan, meski begitu kenyataan pada akhirnya akan selalu membawa kabar gembira walau dengan bentuk yang berbeda, tapi yang pasti kenyataan (realita) adalah pengemas akhir dari segala mimpi.

Kitty said... Reply Comment

Nama: Kitty
Akun twitter: @womomfey
Link share: https://twitter.com/WoMomFey/status/706927503781158913

Jika diminta memilih antara MIMPI atau REALITA, tentu saja aku akan dengan tegas memilih REALITA! Kenapa?

1. Karena setinggi apapun kita bermimpi tidak akan berguna sama sekali jika tidak dibarengi usaha yang tinggi pula untuk mewujudkannya! Dan ketika akhirnya disadarkan oleh realita, manusia bisa menjadi gila jika tidak cukup kuat mengimani bahwa mimpi itu masih bisa diwujudnyatakan dengan doa dan usaha yang semaksimal mungkin. Dan jangan lupa, tetap diperlukan kepasrahan pada kehendak Ilahi dalam mengejar mimpi.

2. Mimpi memang perlu untuk mengobarkan semangat kita, terutama disaat realita nampak begitu menyedihkan dan mendera kita habis-habisan. Tapi jangan pernah sekalipun lebih mempercayai mimpi ketimbang realita, karena semanis apa pun kita bermimpi, pahitnya realita adalah hal yang akan menempa kita menjadi orang yang lebih dewasa dan tegar. Sementara mimpi seringkali hanya membuai kita dengan omong kosong yang tak jarang membuat kita mabuk dan akhirnya tak ingin kembali kepada realita yang ada.

3. Sekalipun mimpi dan realita adalah 2 hal yang sangat berseberangan dan nampaknya bertentangan, sebenarnya keduanya sangatlah saling terkait. Menjalani realita tanpa mimpi sama saja seperti hidup seperti robot yang hanya beroperasi sesuai program. Mimpi adalah keindahan yang dianugerahkan Sang Pencipta dan justru itulah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Hebatnya lagi, manusia tidak hanya bisa bermimpi. Kita juga diberi kemampuan untuk berupaya mewujudkan mimpi itu ke dalam realita kehidupan sehari-hari. Itu sebabnya mimpi tanpa realisasi adalah omong kosong belaka.

Akhir kata, karena aku bermimpi untuk dapat memiliki buku Gravity ini, dan diperhadapkan kegagalan dalam GA sebelumnya di blognya Kak Azu, maka aku tetap berusaha untuk mengejar mimpi ini dengan mengikuti lanjutan GA Gravity di blognya Kak April. Semoga kelak realita akan selaras dengan mimpiku ini ;) *ceritanya ngerayu*

Unknown said... Reply Comment

Nama: Dian Maharani
Akun Twitter: @realdianmrani93
Link Share: https://twitter.com/realdianmrani93/status/706784730922889217

Mimpi atau Realita? Cukup sulit jika sudah dihadapkan dengan pertanyaan ini. Mimpi yang sempurna adalah mimpi yang bisa bersahabat dengan realita, sedangkan kebanyakan dari kita seringkali dipertemukan dengan mimpi yang enggan berdamai dengan realita. Sama halnya dengan mahasiswa yang salah jurusan tapi baru sadar di semester akhir /curcol dikit wkwk/ terlalu sayang jika harus memulai ulang dan membuang yang telah dilalui. Akhirnya mencoba berdamai dengan realita, berharap menemukan mimpi dibalik realita tersebut, tapi mimpi tetaplah mimpi, dan realita tetaplah realita.
Aku akan tetap memilih realita walau itu berat. Karena itulah yang sedang dan yang akan aku jalani. Realita akan mengajarku untuk berhati-hati dalam memilih, karena jika salah memilih (lagi), maka mimpiku tak akan tercapai. Disinilah kerjasama mimpi dan realita terjadi. Memilih realita bukan berarti membunuh mimpi-mimpiku. Walau pada kasus di atas salah satu mimpiku tak tersampaikan, tapi aku ingat satu hal. Mimpi itu luas, mimpi itu tak ada batas. Mulailah mimpi yang lain. Bisikkan pada realita mimpi-mimpimu itu, maka realita akan membantu mewujudkannya. Karena realita yang ada pun adalah bagian dari mimpi, baik itu mimpi yang kita inginkan maupun mimpi yang tidak kita harapkan.

Mizuky said... Reply Comment

Nama: Dera Devalina
Twitter: @deradevalina
Link Share: https://twitter.com/deradevalina/status/707062602766147584

Saya selalu punya mimpi bahkan mimpi adalah semangat saya untuk hidup Tetapi saya selalu terjebak dalam realita, saya akui realita adalah sebuah kenyataan hidup saya tapi apakah saya tidak boleh bermimpi, semua orang pasti punya mimpi, apakah kita tidak boleh meraih mimpi bahkan mimpi sesederhana mungkin, banyak orang yang sudah berhasil meraih mimpinya dengan kerja keras, siapa yang berani bermimpi harus berani menerima realitanya itu adalah sebuah konsekuensi, realita harus dijalani dan mimpi harus dikejar, mimpi adalah jalan menuju realita yang dapat saya ubah dengan kerja keras. bermimpi bukan sesuatu yang salah karena hidup berawal dari mimpi

just ratna said... Reply Comment

Nama: Ratna Nur Oktavina Sari
Twitter: @happyfamily27
Link share: https://twitter.com/happyfamily27/status/707141319487934464

"Mimpi / Realita? Kenapa?"

Jika dihadapkan pada pertanyaan seperti itu, tentu saja saya pasti akan memilih realita daripada mimpi.

Kita tinggal di dunia nyata, bukan dunia mimpi yang menawarkan sejuta pesonanya. Realita penuh dengan kenyataan-kenyataan, baik yang terencana maupun tak terduga yang saya sebut sebagai sebuah keajaiban. Walaupun dunia nyata memang jelas-jelas bukan mimpi, akan tetapi saya juga pernah merasakan realita yang “seperti mimpi” yang saya sebut keajaiban tadi. Yaitu hal yang terjadi tanpa diduga-duga, hal yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Ya. Memang ada peristiwa dalam hidup tak terduga yang hasilnya baik sehingga membuat kita bahagia, ada pula peristiwa tak terduga yang membuat kita merasakan sebaliknya. Namun, bahagia atau tidak, kedua kejadian tak terduga yang berbeda rasa itu tetap saya sebut sebagai suatu keajaiban. Mungkin itu memang bukan yang saya harapkan, tapi bukankah hal tersebut merupakan hasil yang Tuhan kirimkan pada saya? Itulah mengapa saya menyebutnya ajaib, karena ada campur tangan Tuhan di dalamnya. Memang, pada dasarnya semua realita ada campur tangan Tuhan di sana. Namun, hal tersebut menjadi sesuatu yang ajaib bagi saya ketika hal-hal tak terduga terjadi.

Kita boleh saja, sih, bermimpi. Karena dalam mimpi ada harapan di dalamnya. Tapi kenyataan atau realita ternyata jauh lebih indah dari mimpi, sebab kita bisa mengalaminya secara langsung, bukan sekedar mimpi belaka.

By the way, terimakasih telah mengadakn GA ini :-)

MohaSurya.finishing mobile blog said... Reply Comment

Nama: RIQZA NUR AINI
Twitter: @riqzanainiee
Link Share: https://mobile.twitter.com/riqzanainiee/status/707155996326686720?p=v
.
.
"Mimpi / Realita? Kenapa?"
.
.
Mimpi.Aku pilih Mimpi.Alasannya karena hanya didalam mimpi aku bisa menjadi diriku sendiri,aku bisa melakukan apa yang aku mau tidak seperti di realita yg seakan mengekangku untuk bebas.Di dalam mimpi aku ingin menjalani kehidupanku seperti di mimpiku.Mimpi itu akan selalu ada dan selalu hidup dalam diriku.Hanya didalam mimpi aku bisa memiliki apa yang tidak kumiliki di dunia nyata,hanya didalam mimpi aku merasa bebas dari semua kekangan dari siapapun,hanya didalam mimpi aku bisa membuat sebuah kejaiban yang mana dalam realita itu tidak mungkin.Aku bebas bereksperimen sesukaku dalam mimpi,memikirkan apa saja yang aku mau dalam mimpi.Mimpi,mimpi,mimpi... Aku suka mimpi.Aku suka bermimpi.
Awalnya hanya sebuah mimpi,tapi lama kelamaan bisa saja menjadi nyata.

Tyas said... Reply Comment

Nama : Hikmawati Cahyaning Tyas
Twitter : @tyashc
Link share : https://twitter.com/tyashc/status/707326456846659584

Mimpi/ Realita? Kenapa?
Realita. Karena kita hidup di dunia yang nyata, bukan dunia mimpi yang bisa kita rancang sendiri. Kita hidup di dunia real yang sering kali jungkir balik, dan tidak sesuai dengan keinginnan kita. Tapi itulah hidup, penuh warna dan nyata.

Wish me luck :)

Unknown said... Reply Comment

nama: Visca
twitter: @Visca_Apr
link share: https://twitter.com/Visca_Apr/status/707410511588012032
Mimpi/ Realita? Kenapa?
seperti lirik dari lagu Nidji "mimpi adalah kunci
untuk kita menaklukkan dunia berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya"
semua berawal dari mimpi, mimpi pengen jadi ini, mimpi pengen ketemu dengan ini, mimpi pengen dapeti ini dan blablabla...
dengan bermimpi semua yang kita inginkan bisa tercapai tapi lebih bagus kalo mimpi tersebut bisa menjadi kenyataan, bukan hanya dalam angan-angan saja.
karena seindah apapun mimpi, mimpi tetaplah menjadi mimpi dan tertinggal dibelakang kalo tidak dibarengi dengan usaha dan doa tentunya
seburuk apapun realita, realita tetaplah realita yang harus dijalani. dan ingat kita hidup direalita bukan di mimpi

R. Wahyu said... Reply Comment

Nama : Rachmah Wahyu Ainsyah
Domisili: Surabaya
twitter : @rachmah_wahyu
link share : https://twitter.com/rachmah_wahyu/status/707492095141875712

Antara Mimpi dan Realita, saya akan memilih keduanya. Saya akan mewujudkan mimpi saya ke dalam realita. Walaupun saya harus jungkir balik untuk melakukanya. Semua hal berawal dari mimpi, kalau katanya Nidji "Mimpi adalah kunci untuk kita menakhlukan dunia". Karena itulah saya tidak akan berhenti bermimpi dan berusaha keras, walaupun sakit akhirnya jika mimpi saya tidak sesuai dengan realita. Namun jika usaha meraih mimpi itu belum berhasil juga, maka kita perlu menginstropeksi diri dan mungkin mimpi tersebut harus kita ganti dengan mimpi yang lain, karena tidak mungkin bagi kita mengubah realita. Tapi saya percaya bahwa the power of passion itu memang ada.

Declan dan Bern menurut saya bukanlah sebuah analogi dari mimpi atau realita. Sangat absurd jika manusia dibandingkan dengan benda mati. Mereka adalah tokoh yang bergerak dan punya pemikiran. Mereka dinamis tidak seperti seperti mimpi dan realita yang tidak akan bergerak jika tidak dikejar. Saya belum bisa berkomentar banyak karena belum membaca bukunya, tapi jika memang mereka memiliki rasa cinta pada Cee mereka pasti akan menunjukannya. Karena hanya sebatas burb dan review saya belum bisa memilih yang mana dari dua cowok itu. Makanya bukunya kasih saya saja mbak biar saya bisa milih yang mana hehe.

Tjatatan Klasik said... Reply Comment

Nama : Mega Widyawati
Akun twitter : @widy4_w
Link share : https://mobile.twitter.com/Widy4_W/status/707512898424147968?p=v

"Mimpi/Realita? Kenapa?"

Aku pilih Realita, karena..

Bermimpi itu emang boleh saja dilakukan, apalagi Masa depan kita juga berawal dari mimpi-mimpi yang terpendam pula. Tapi bila terus bermimpi dan tidak memperhatikan kenyataan dunia, yang mau tidak mau, kita harus membuka mata lebar-lebar bahwa mimpi hanyalah sekadar bayangan indah dan sempurna tapi tak mungkin bakal terjadi begitu saja tanpa ada usaha.
Sedangkan dalam Realita, sesungguhnya kita diajari untuk berusaha sepenuh hati dan diiringin ucapan doa supaya mimpi-mimpimu bisa sukses tercapai. Tercapai dalam maksud sesungguhnya. Bukan hanya tercapai di alam mimpi saja. Ini Real. Realita adalah dunia dimana kita bisa secara langsung diberikan kesempatan menghadapi berbagai macam ujian serta cobaan demi menggapai seluruh mimpi-mimpi indahmu. Lalu sekarang tutup matamu sejenak baru kemudian bukalah mata mu lebar-lebar. Lihatlah apa yang ada didepanmu. Rasakan, benar-benar rasakanlah. Yap! seluruhnya yang ditangkap oleh kedua matamulah yang dinamakan realita.

Unknown said... Reply Comment

Nama: kiki suarni
Twitter: @Kimol12
Link:https://mobile.twitter.com/Kimol12/status/707703449236865024

Mimpi/Realita?

Realita 100% for sure. Karena gimana pun indahnya mimpi tetap aja yang kita jalani dalam hidup itu realita. Suka atau gak, that's the truth. Mimpi juga perlu sih sebagai rancangan realita hidup di masa depan. Tapi realisasinya tentu cuma bisa diusahakan di realita. Tapi mimpi juga jangan ketinggian. Jangan memimpikan sesuatu yang udah kita tahu gak akan bisa kita capai di realita. Seperti istilah yang kita kenal, jangan bermimpi ketinggiian, entar jatuhnya sakit.

Terima kasih

Unknown said... Reply Comment

Nama: Vinia Dayanti
Akun Twitter: @viniapurba
Link Share: https://twitter.com/viniapurba/status/707028897666179073?s=17

"Mimpi/Realita? Kenapa?"
Kalo disuruh milih realita/mimpi, aku lebih memilih realita krn realita adalah hidup yg sebenarnya yg kita lalui. Walaupun mimpi itu indah dan bisa membuat kita melayang seperti di tempat tanpa gravitasi, tapi come on, kita hidup di dunia gravitasi, yg kalo kita jatuh ya brarti kita jatuh dan ga akan melayang atau langsung bangun ketika kita jatuh saat bermimpi. Yg artinya kita harus berusaha untuk hidup sebaik-baiknya dan mencoba tetap berdiri walau banyak rintangan. Trus realita itu penuh kesadaran dan itulah yg benar-benar kita rasakan kayak kutipan novel Gravity ini
"Foto yang baik bukanlah refleksi tentang apa yang seseorang lihat, melainkan yang becerita tentang apa yang seseorang rasakan ketika mata mereka menangkap gambar tersebut." (Halaman 70).
Maksudnya, anggap hidup itu seperti foto, nah berarti hidup yang baik adalah yang didalamnya seseorang bisa merasakan hal itu benar terjadi (seperti ketika melihat foto pasti kita akan mengingat betapa hal yang telah terjadi itu mengingatkan kita akan hal-hal yang kita lalui) dan itu pastilah realita, makanya harus dijalani dgn sebaik-baiknya.. Dan walaupun aku memilih realita, aku tidak menjelek-jelekkan mimpi. Mimpi ataupun bermimpi itu boleh-boleh saja karna itu bisa jadi patokan atau harapan masa depan selama itu realistik dan mampu kita capai (balik lagi ke adanya realita kita) dan yg paling penting adalah usaha, doa dan kerja keras utk mnggapainya. Intinya, realita itu prioritas kayak salah satu kutipan dari novel Gravity, "Waktu orang mengatakan padamu bahwa mereka sibuk, itu bukan mengacu pada jadwal mereka., melainkan pada urutan prioritas mereka." (halaman 150), prioritas yg didalamnya kita berusaha, berkembang dan berupaya untuk dapat hidup sebaik-baiknya karna inilah pemberian yang Maha Kuasa.

Bener-bener penasaran dengan ceritanya, dan emang lagi cari novel yang isinya bukan hanya cinta-cintaan tapi ada pesan lain di dalamnya ^^. Semoga aja bisa ^^

Humaira said... Reply Comment

Nama : Humaira Balfas
Akun Twitter : @RaaChoco
Link Share : https://mobile.twitter.com/RaaChoco/status/707785578377392128?p=v

Mimpi dan kenyataan itu sesuatu yang sangat mempengaruhi langkah kehidupan setiap orang. Seperti dua sisi mata uang, keduanya selalu berkaitan dan tak terpisahkan.

Tapi aku lebih memilih kenyataan.

Jika mimpi dijadikan sebagai patokan, hanya membuat hidup seperti di dunia khayalan. Seindah, semenarik dan sebahagia apapun itu, semuanya semu, hanya ilusi belaka. Hidup dalam dunia mimpi hanya membuai kita semakin tinggi dalam berangan-angan, dan semakin jauh dari kenyataan. Mimpi boleh dimiliki, tapi hanya sewajarnya saja. Jangan sampai membuat kita semakin jauh terjerumus ke lubang yang gelap, sehingga membuat kita sulit membedakan mana mimpi dan mana kenyataan. Meski didalam mimpi, kita bisa mendapatkan segalanya secara instan, tanpa perlu perjuangan lagi. Tapi, segala sesuatu yang didapat tanpa perjuangan, membuat kita tidak menghargai yang kita miliki. Diperlakukan semena-mena dan bisa dimiliki hanya dengan menjentikkan jari. Apa hidup semudah itu? Tak ada yang bisa dijadikan pelajaran disana, kita hanya menjadikan diri sendiri dan dunia itu semau kita, seperti kehendak sendiri.

Jika kamu ingin maju, maka pilihlah kenyataan. Dari sana kita bisa belajar tentang segalanya. Dalam kenyataan, kita dapat membuat mimpi terwujud. Kita hanya tinggal berusaha semaksimal mungkin, sisanya biar Allah yang mengatur dan menentukan. Seberat apapun itu, semuanya jauh lebih baik, karena hanya dalam kenyataan kita bisa mendapatkan kepastian.

Unknown said... Reply Comment
This comment has been removed by the author.
Rini Cipta Rahayu said... Reply Comment

Rini Cipta Rahayu
@rinicipta
https://twitter.com/RiniCipta/status/707936581198295040

Aku memilih realita, sepahit apapun kenyataan yang aku hadapi di dunia ini. Walaupun aku tidak menyukainya, tapi aku akan tetap menghadapinya dan berusaha menyikapinya dengan positif. Mimpi memang kadang membuai kita, tapi sifatnya tak kekal. Ketika kita mulai bersemangat, mimpi itu mungkin saja akan menghilangkan dan menghempaskan kita. Realita punya cara tersendiri menempa manusia. Meski kadang caranya tak seindah yang kita bayangkan, tapi hasilnya tidak pernah mengingkari proses yang sudah kita lewati bersamanya

F. Juni Ismarianto said... Reply Comment

Nama: Jun
Twitter: @FJrean
Tautan: http://twitter.com/FJrean/status/707943752229392385

Realita. Karena:
a) meski pilih mimpi pun pasti muaranya ke realita juga
b) mimpi seringnya memiliki akhir, dan ketika itu berakhir, muka kita berhadapan dengan, lagi-lagi, realita
c) Mau menghindar juga tidak bisa, karena realita mengepung dari semua sudut

Pesimis amat yak jawabanku :)))

Unknown said... Reply Comment

Nama: Ulfa Nursyifa
Twitter: @ulfaminha
Link share: https://mobile.twitter.com/ulfaminha/status/707936732516200450?p=v

Sebenarnya keduanya bersangkutan, tapi jika harus memilih, aku pilih mimpi.
Mimpi adalah sebuah harapan. Karena mimpi, aku menjadi bersemangat. Karena mimpi, aku menjadi sungguh-sungguh. Karena mimpi, aku menjadi mempunyai tujuan. Dan mimpi yang diperjuangkan akan berwujud menjadi realita.

Ah tidak, memang tidak semua mimpi yang diperjuangkan menjadi realita, tapi setidaknya aku pernah bahagia karena mimpi tersebut. Dan harus diingat bahwa sebuah perjuangan tidak akan sia-sia begitu saja.

wish me luck ^^

ratipramita said... Reply Comment

Rati pramita
@ratipramita
https://mobile.twitter.com/ratipramita/status/707951332045541376?p=v

Tentu aku pilih realita karna kita hidup bukan di alam mimpi.
Sederhananya begini, sesegar-segarnya makan buah anggur di dalam mimpi, jauh lebih segar makan anggur betulan dalam realita meskipun untuk mendapatkannya butuh usaha. Jadi jelas realita itu bukan pilihan tapi keharusan. Dan mimpi ada hanya untuk memacu diri membangun hidup yang berkualitas dalam realita, bukan dijadikan dimensi untuk menetap.

ratipramita said... Reply Comment

Rati pramita
@ratipramita
https://mobile.twitter.com/ratipramita/status/707951332045541376?p=v

Tentu aku pilih realita karna kita hidup bukan di alam mimpi.
Sederhananya begini, sesegar-segarnya makan buah anggur di dalam mimpi, jauh lebih segar makan anggur betulan dalam realita meskipun untuk mendapatkannya butuh usaha. Jadi jelas realita itu bukan pilihan tapi keharusan. Dan mimpi ada hanya untuk memacu diri membangun hidup yang berkualitas dalam realita, bukan dijadikan dimensi untuk menetap.

Agatha Vonilia said... Reply Comment

Nama : Agatha Vonilia Marcellina
Akun twitter : @Agatha_AVM
Link share : https://twitter.com/Agatha_AVM/status/708101095961157632

Aku pilih mimpi. Hidup memang sebuah realita, tapi tanpa kita bermimpi sama aja hidup hanyalah sebuah guci kosong. Tak ada lagi harapan untuk mencapai sesuatu dan tidak membutuhkan waktu lama lagi guci tersebut akan terlupakan dan dibuang begitu saja sama seperti manusia. Aku harus berjuang meraih mimpi, meskipun meraih mimpi tidak semudah yang aku bayangkan malah terkadang aku perlu jatuh, jatuh dan jatuh lagi. Aku harus tetap bertahan. Mimpi dapat menjadi sebuah realita dengan usaha kita, akan tetapi realita belum tentu menjadi sebuah mimpi. Mimpi adalah perwujudan dari usaha kita seumur hidup yang akan selalu dikenang selamanya. Buktinya Cee malah bingung memilih antara mimpi dan realita karena mimpi akan selalu membekas di dalam hati dan pikiran kita sampai mimpi itu terwujud.

Nyi Penengah said... Reply Comment

Nama : Nyi Penengah Dewanti
email: nyipenengahdewanti@gmail.com
Link shared : https://twitter.com/NyiPenengah/status/708105933877092352


"Mimpi / Realita? Kenapa?"

Jawab : Realita. Yang nyata-nyata sedang kita jalani, mimpi belum tentu bisa terjadi.

Unknown said... Reply Comment

Estiy
@estiyuliastri
https://twitter.com/estiyuliastri/status/708095309486764032

Lebih memilih realita, meskipun terkadang menyakitkan, tapi kehidupan dalam MIMPI JAUH LEBIH MENYAKITKAN. Berikut sedikit pesanku untuk Declan...

Dear Declan,
Aku tak tahu kau anggap Cee sebagai kekasih atau tempat persinggahan? Cee selalu merasa kalian seperti magnet yang tarik-menarik. Kau selalu berhasil membuat Cee menunggumu pulang dari perjalanan panjang. Tapi ketahuilah, perempuan adalah makhluk yang butuh belaian kasih sayang. Hidup Cee kembali hampa saat kau kembali pergi berpetualang. Jadi sebelum kau mulai menyesal, karena Cee tertarik pada pria yang lebih bisa memenuhi kebutuhan cintanya, menangkanlah hati Cee..sebelum semua terlambat.

Anasthasia said... Reply Comment

Nama: Anasthasia R
twitter: @anasthasiarp
link share: https://twitter.com/anasthasiarp/status/707764952484872193

Keajaiban membutuhkan waktu, mimpi yang terwujud juga membutuhkan waktu. Kita hidup di antara dua dimensi yang berbeda, tetapi berjalan dalam satu waktu dan satu kehidupan. Kedua hal ini disebut mimpi dan realita. Diibaratkan sebagai 2 saudara, realita adalah si sulung dan mimpi adalah si bungsu. Orangtua yang baik adalah orangtua yang akan menyayangi semua anaknya. begitu pula dengan kita, mimpi serta realita dalam kehidupan adalah seperti anak anak kita. Di satu sisi, ada orangtua yang lebih menyayangi si sulung, yaitu realita kehidupan. Segala tindakan mereka dilakukan atas dasar realitas kehidupan dan biasanya berurusan dengan perut. Mereka tidak peduli apakah mereka menikmati pekerjaanya atau tidak. mereka juga tidak peduli dengan kemampuan khusus yang sebenarnya ada dalam diri mereka yang apabila dikembangkan akan melambungkan hidup mereka ke tempat yang jauh lebih tinggi.

Si bungsu adalah mimpi mimpi dalam kehidupan kita. Dia sepertinya lebih lemah dan harus dilindungi oleh sulung pada awalnya. Si bungsu memiliki kreativitas yang sangat tinggi dan kemampuan khusus yang sangat dalam, tetapi dia membutuhkan waktu untuk menemukan bentuknya dan berkembang

Seharusnya si sulung dan si bungsu harus bekerja sama. sambil menunggu si bungsu tumbuh besar dan kuat, si sulung harus yang menjadi penopang dari kebutuhan dasar kehidupan sehari hari. kita hidup di alam realita, tanpa makanan hari ini kita akan mati sebelum mimpi mimpi besar terwujud. Jadi saya memilih keduanya, untuk apa yang yang saya jalani saat ini dan yang saya pertahankan untuk masa depan

Terry Irawan 3 said... Reply Comment

Nama : Tri
Twitter : @tewtri
Link Share : https://mobile.twitter.com/tewtri/status/707533798448074752

Mimpi atau realita?

Katakanlah saya bukan atlet lari tapi setidaknya saya mampu untuk berlari. Lalu apa hubungannya ini dengan kedua opsi tadi? Sebagai seorang pelari saya tentu sudah punya garis start, rute yang mesti ditempuh juga titik finish. Dari mana saya mulai melangkah? Kenyataan.Tempat saya punya kekurangan, di mana warna tampak masih hitam dan putih. Di mana saya hanya sanggup membayangkan jalan bagaimana kiranya yang bakal saya tempuh. Dunia letak saya berpijak kini. Samar-samar. Lalu, jika begitu mimpi kah yang saya pilih? Saya katakan Iya. Kenapa? Mimpi adalah titik finish. Saya pilih dia karena dia tidak mudah di dapatkan. Ada rute-rute melintang yang wajib saya hadapi supaya sampai padanya. Saya melewati realita, susah-senang, tersungkur-bangkit. Itu karena apa? Karena mimpi yang saya percayai dan pilih. Hidup tidak ada reka ulangnya. Abaikan mimpimu dan kau hanya akan dapat kantong kosong berisi penyesalan. Sekali pun itu mimpi, meremlah sebentar karena dia selalu punya rahasia juga warna.

Unknown said... Reply Comment

Nama: Alya Nfz
Twitter: @Alyanfz
Link Share: https://twitter.com/Alyanfz/status/708256001229590528

Mimpi atau realita?

Jawaban:

Jujur saja, ini adalah pilihan yang sulit karena keduanya saling berkaitan erat satu sama lain. Dalam hidup kita juga harus memiliki mimpi, tetapi juga harus memperhatikan realita di sisi lain.

Coba bayangkan kalau hidup tanpa mimpi, kita tidak akan memiliki tujuan. Kehidupan kita pun akan monoton dengan menjalani siklus yang sama setiap harinya.

Namun di sisi lain, kita juga harus tetap berpikir secara realita. Karena realita membuat kita sadar bahwa hidup tidak seindah saat kita sedang bermimpi. Dan kita juga harus siap menelan kekecewaan dari impian kita.

Unknown said... Reply Comment

Nama: Afif Rohman
Twitter: @_Afif_Rohman
Link share: https://twitter.com/_Afif_Rohman/status/708261405330378752

"Mimpi / Realita? Kenapa?"

Jawaban: REALITA.

Karna bagi saya, mimpi kadang hanyalah cara kita berlari dari REALITA hidup. Mimpi hanyalah sebagai pemuas psikis kita saja. Biar kita gak jenuh dalam menjalani REALITA hidup yang kian membosankan.

Tapi tidak dengan REALITA. DI sana kita bisa belajar dan memahami banyak hal dari berbagai REALITA hidup yang ada. Kalau mimpi hanyalah sebuah wacana atau teori. Maka REALITA adalah proses dan prakteknya. Dan dalam proses menuju sebuah REALITA! Mimpi hanyalah data awal untuk mendukung hasil akhir dari sebuah REALITA tersebut. Dan apabila hasil akhir itu sesuai dengan mimpi kita! Maka kita akan sebut itu sebagai keberhasilan. Tapi kalau sebaliknya! Maka kita akan kecewa dan menyebutnya kegagalan. Tapi barangkali kita lupa:

"Kegagalan adalah cara kita menamai sebuah REALITA yang tak sesuai dengan MIMPI, tapi sesuai dengan ketetapanNya".

Putri said... Reply Comment

Nama: Putri Prama Ananta
Akun twitter: @putripramaa
Link share: https://twitter.com/PutriPramaa/status/707089264664645632
Mimpi.
Mimpi yang kumaksudkan di sini adalah ambisi. Dengan ambisi, kita akan memiliki semangat yang lebih banyak. Segala hal bermula dari mimpi, misalnya kita bermimpi menjadi seorang novelis maka sudah ada niat yang tertanam di hati maupun pikiran kita. Entah kita melakukan action atau tidak untuk mimpi tersebut, hal itu tergantung pada masing-masing orang. Namun bagiku, mimpi itu penting sekali karena dengan begitu kita akan memiliki patokan atau tujuan yang hendak kita capai. Setelah memiliki tujuan tersebut, hendaklah kita menyusun cara bagaimana agar mimpi tersebut terwujud. Mungkin bagi sebagian orang itu sulit, namun dengan bermimpi akan ada sensasi semangat yang selalu mengantarkan kita untuk berusaha. Mimpi yang berlanjut dengan usaha akan berbuah manis. Oleh karena itu, mari bermimpi dan wujudkan mimpi tersebut!

Freya said... Reply Comment

Nama : Daisy S
Akun twitter : @daisy_skys
Link share : https://twitter.com/Daisy_skys/status/708297725595418624

"Mimpi / Realita? Kenapa?"

Realita .
Karena aku bukan remaja labil lagi .Mungkin dulu aku akan memimpikan hari di mana idolaku menjadi pacarku , Memikirkan hal - hal di luar normal yang bisa kuciptakan , aku pernah bermimpi ingin menjadi hokage . Mimpi - mimpi yang tidak realistis dan pada akhirnya semua itu menguap begitu saja .

Lalu saat aku menghadapi dunia , melihat bagaimana dunia yang seaungguhnya .Mimpi bukanlah jawaban untuk melanjutkan hidup tapi realita yang mendorong kita untuk bertahan meski menyakitkan .Aku yakin semua orang pernah memimpikan memiliki pohon uang agar tidak susah - susah cari uang tapi realitanya jika ingin punya uang kita harus bekerja .Tidak semudah seperti dalam mimpi .

Kita hidup di zaman dimana realita menekan kita .Aku harus belajar larut untuk fisika ,kimia , ataupun matematika karena kalau cuma mengandalkan bermimpi mendapat nilai seratus aku yakin hal itu tidak akan pernah bisa terjadi .Hidup menuntut kita untuk lebih realistis .Aku belajar sampai larut kemudian tidur , kadang aku tidak menemukan mimpi .Dan kusadari aku terlalu sibuk mengejar dunia nyata untuk hanya sekedar bermimpi .

Dengan Realita kita bisa merasakan gravitasi yang nyata kita berfikir lebih dewasa karenanya .Kita tidak akan pernah belajar sebelum menghadapi realita . Kau tidak akan merasakan sakit jika jatuh dalam gravitasi mimpi Karena hidup ini soal realita dan mimpi adalah prioritas yang kedua . Mimpi itu tidak nyata dan hanya bisa nyata dengan realisasi .

Unknown said... Reply Comment

Nama : Ratih M
Twitter : @Jju_naa
Link : https://mobile.twitter.com/Jju_naa/status/708305084011126784?p=v

Realita.
Karena mimpi hanyalah pengalaman bawah sadar dan
kejadian dalam mimpi biasanya mustahil terjadi
dalam dunia nyata, dan di luar kuasa pemimpi. Mimpi, salah satu cara untuk lari dari kenyataan(tempat pelarian semata). Mimpi itu hanyalah angan-angan/rekaan yg muncul karena kita terlalu takut untuk melakukannya di dunia nyata. Mimpi itu (biasanya) selalu berhubungan dengan ingatan masa lalu(tanpa sadar), jadi bisa dibilang wujud penyesalan semata.

Lalu, ga selamanya aku akan tidur/menghayal terus.
Eksitensi aku di dunia nyata, bukan dunia mimpi.

Mimpi itu ga ada awal, akhir dan hasil. Bersifat terbatas, dan ga bisa di pause lalu dilanjutkan di lain waktu. Begitu tersadar, mimpi itu buyar semua. Mimpi itu ga konsisten, karena tiap hari mimpi kita selalu berubah (jarang bisa melanjutkan mimpi kita selanjutnya). Mimpi itu menipu, membuai, dan menenggelamkan seseorang sehingga malas untuk menghadapi kenyataan yg ada.

Sekuat-kuatnya kita berlari dari kenyataan lalu bersembunyi di balik mimpi. Pada akhirnya kita harus melewati garis finish yang hanya ada di dunia nyata. Kenapa? karena sudah sedari awal kita mengambil start di nyata. Mimpi hanyalah pos tempat kita beristirahat karena lelah, bukan tujuan akhir kita.

Seindah-indahnya mimpi, pada akhirnya kita harus sadar akan realita yang sesungguhnya.
Bermimpi itu ga salah, asal jangan berlebihan.

hoshinotika said... Reply Comment

Kartika
@hoshinotika
Link:https://twitter.com/hoshinotika/status/706332525661007872

Mimpi memang selalu indah. Kau bebas bermimpi tanpa harus khawatir menyalahi aturan. Lagipula, siapa yang memberi aturan pada mimpi?
Namun begitu, kau tidak terus hidup dengan hanya bermimpi. Kau hidup, bernapas dan semuanya adalah realita. Jadi aku memilih reality, menghadapi segala tantangan di depan. Misterius dan menegangkan. Karena reality adalah kehidupan.

Blog contents © Book world 2010. Blogger Theme by Nymphont.