Judul : Kembar Dizigot
Penulis : Netty Virgianti
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 200 halaman
Nadhira stres berat
ketika pergelangan tangan kanannya cedera akibat ulah Kemal, si Onta
Padang Pasir! Ke mana-mana ia harus menggendong tangannya yang dibalut
slab gips. Apa-apa pun harus dibantu. Yang lebih menyakitkan, Ayah
melarangnya pacaran dengan Narotama, dan kesempatan itu justru
dimanfaatkan oleh kembarannya, Bashira, untuk mendekati cowok yang
sama-sama mereka sukai itu. Nggak fair! Dasar saudara kembar
pengkhianat! Mentang-mentang Bashira lebih cantik dan lebih pintar, ya?
Ketika
tangannya sembuh, Nadhira semakin galau mendapati kenyataan ia tak bisa
menggambar seperti dulu lagi. Arggh… ternyata begini risikonya jatuh
cinta, cemburu, patah tangan sekaligus patah hati kuadrat. Sakitnya
nggak cuma di sini—menunjuk dada—tapi di mana-mana.
Untung ada
anak-anak “Pintu Belakang” yang terus menyemangati Nadhira berlatih.
Hingga akhirnya ia punya kesempatan membalas dendam lewat ilustrasi di
majalah sekolah. Ia bertekad membuat Bashira dan Narotama bertekuk
lutut!
Review: Somewhere Only We Know by Alexander Thian
Tuesday, August 25, 2015
Judul : Somewhere Only We Know
Penulis : Alexander Thian
Penerbit : Gagas Media
Tebal : 340 Halaman
Available at: Bukupedia
Ini kisah tentang dua hati yang sama-sama merindukan kehangatan cinta. Tentang dua orang yang selalu berusaha mengartikan cinta, tetapi akhirnya mereka sadar bahwa cinta tak perlu diartikan.
Ririn dan Kenzo belajar dari rasa sakit, meskipun telah banyak kehilangan, mereka tetap memiliki harapan tentang cinta. Bahwa kita hanya perlu jatuh cinta untuk merasakan maknanya. Somewhere Only We Know juga mengisahkan tentang memaafkan masa lalu yang akan membawa kebahagiaan baru. Cinta itu selalu ada.
Penulis : Alexander Thian
Penerbit : Gagas Media
Tebal : 340 Halaman
Available at: Bukupedia
Ini kisah tentang dua hati yang sama-sama merindukan kehangatan cinta. Tentang dua orang yang selalu berusaha mengartikan cinta, tetapi akhirnya mereka sadar bahwa cinta tak perlu diartikan.
Ririn dan Kenzo belajar dari rasa sakit, meskipun telah banyak kehilangan, mereka tetap memiliki harapan tentang cinta. Bahwa kita hanya perlu jatuh cinta untuk merasakan maknanya. Somewhere Only We Know juga mengisahkan tentang memaafkan masa lalu yang akan membawa kebahagiaan baru. Cinta itu selalu ada.
Review: Walking After You by Windry Ramadhina
Thursday, August 20, 2015
Judul Buku : Walking After You
Penulis : Windry Ramadhina
Penerbit: Gagas Media
Tebal : 328 halaman
Available at: Bukupedia
Masa lalu akan tetap ada. Kau tidak perlu terlalu lama terjebak di dalamnya.
Pada kisah ini, kau akan bertemu An. Perempuan dengan tawa renyah itu sudah lama tak bisa keluar dari masa lalu. Ia menyimpan rindu, yang membuatnya semakin kehilangan tawa setiap waktu. Membuatnya menyalahkan doa-doa yang terbang ke langit. Doa-doa yang lupa kembali kepadanya.
An tahu, seharusnya ia tinggalkan kisah sedih itu berhari-hari lalu. Namun, ia masih saja di tempat yang sama. Bersama impian yang tak bisa ia jalani sendiri, tetapi tak bisa pula ia lepaskan.
Pernahkan kau merasa seperti itu? Tak bisa menyalahkan siapa-siapa, kecuali hatimu yang tak lagi bahagia. Pernahkah kau merasa seperti itu? Saat cinta menyapa, kau memilih berpaling karena terlalu takut bertemu luka.
Mungkin, kisah An seperti kisahmu.
Diam-diam, doa yang sama masih kau tunggu.
Penulis : Windry Ramadhina
Penerbit: Gagas Media
Tebal : 328 halaman
Available at: Bukupedia
Masa lalu akan tetap ada. Kau tidak perlu terlalu lama terjebak di dalamnya.
Pada kisah ini, kau akan bertemu An. Perempuan dengan tawa renyah itu sudah lama tak bisa keluar dari masa lalu. Ia menyimpan rindu, yang membuatnya semakin kehilangan tawa setiap waktu. Membuatnya menyalahkan doa-doa yang terbang ke langit. Doa-doa yang lupa kembali kepadanya.
An tahu, seharusnya ia tinggalkan kisah sedih itu berhari-hari lalu. Namun, ia masih saja di tempat yang sama. Bersama impian yang tak bisa ia jalani sendiri, tetapi tak bisa pula ia lepaskan.
Pernahkan kau merasa seperti itu? Tak bisa menyalahkan siapa-siapa, kecuali hatimu yang tak lagi bahagia. Pernahkah kau merasa seperti itu? Saat cinta menyapa, kau memilih berpaling karena terlalu takut bertemu luka.
Mungkin, kisah An seperti kisahmu.
Diam-diam, doa yang sama masih kau tunggu.
Label:
GAGAS MEDIA,
Review 2015
Review: Till We Meet Again by Yoana Dianika
Saturday, August 15, 2015
Judul : Till We Meet Again
Penulis : Yoana Dianika
Penerbit: GagasMedia
Tebal : 298 halaman
SINOPSIS
Saat pertama kali aku melihat dia hari itu, aku sudah berbohong beberapa kali.
Aku bilang, senyumannya waktu itu tak akan berarti apa-apa. Aku bilang, gempa kecil di dalam perutku hanya lapar biasa. Padahal aku sendiri tahu, sebenarnya aku mengenang dirinya sepanjang waktu. Karena dia, aku jadi ingin mengulang waktu.
Dan suatu hari, kami bertemu lagi. Di saat berbeda, tetapi tetap dengan perasaan yang sama. Perasaanku melayang ke langit ketujuh karena bertemu lagi dengan dirinya. Jantungku berdetak lebih cepat seolah hendak meledak ketika berada di dekatnya. Aku menggigit bibir bawahku, diam-diam membatin, “Ah, ini bakal jadi masalah. Sepertinya aku benar-benar jatuh cinta kepadamu.”
Apakah aku bisa sedetik saja berhenti memikirkan dirinya? Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku jatuh cinta, tetapi ragu dan malu untuk menyatakannya.
Label:
GAGAS MEDIA,
Review 2015
Review: DIlan 2-Pidi Baiq
Thursday, August 13, 2015
Judul : Dilan Bagian Kedua: Dia adalah Dilanku Tahun 1991
Penulis : Pidi Baiq
Penerbit : Pastel Books
Tebal : 344 halaman
"Jika aku berkata aku mencintainya, maka itu adalah pernyataan yang sudah cukup lengkap." - Milea
"Senakal-nakalnya geng motor, Lia, mereka shalat pada waktu ujian praktek agama." -Dilan
Penulis : Pidi Baiq
Penerbit : Pastel Books
Tebal : 344 halaman
"Jika aku berkata aku mencintainya, maka itu adalah pernyataan yang sudah cukup lengkap." - Milea
"Senakal-nakalnya geng motor, Lia, mereka shalat pada waktu ujian praktek agama." -Dilan
Label:
PASTEL BOOKS,
Review 2015
Review Above the Stars - D. Wijaya
Judul : Above the Stars
Penulis : D. Wijaya
Penerbit : Ice Cube, KPG
Tebal : 248 halaman
“Kau tidak takut jatuh?” tanya Mia.
Danny menggeleng.
“Aku takut jatuh,” aku Mia dengan polos. “Kalau kau takut apa?”
Danny tidak langsung menjawab. Ia juga tidak menolakkan kaki ke tanah lagi untuk menambah kecepatan ayunan. Senyuman di wajahnya perlahan-lahan memudar. “Aku takut tidak bisa melihat selamanya.”
Menurut Danny Jameson, hidupnya tidak pernah mudah. Ia punya orangtua yang protektif, mesin tik Braille yang tidak dimiliki teman-temannya, dan semacam magnet yang menarik John Schueller untuk terus mengganggunya. Namun, yang paling buruk adalah ia punya sepasang mata biru yang tidak bisa melihat. Ketika Danny berpikir Mia Berry akan menjadi satu-satunya teman yang ia punya, Will Anderson datang dan mengubah hidupnya. Will memperlihatkan kepadanya dunia yang ingin ia lihat. Will juga membuat Danny mempertanyakan sesuatu tentang dirinya. Tapi, sebelum Danny sempat menemukan jawabannya, Will menghilang.
Penulis : D. Wijaya
Penerbit : Ice Cube, KPG
Tebal : 248 halaman
“Kau tidak takut jatuh?” tanya Mia.
Danny menggeleng.
“Aku takut jatuh,” aku Mia dengan polos. “Kalau kau takut apa?”
Danny tidak langsung menjawab. Ia juga tidak menolakkan kaki ke tanah lagi untuk menambah kecepatan ayunan. Senyuman di wajahnya perlahan-lahan memudar. “Aku takut tidak bisa melihat selamanya.”
Menurut Danny Jameson, hidupnya tidak pernah mudah. Ia punya orangtua yang protektif, mesin tik Braille yang tidak dimiliki teman-temannya, dan semacam magnet yang menarik John Schueller untuk terus mengganggunya. Namun, yang paling buruk adalah ia punya sepasang mata biru yang tidak bisa melihat. Ketika Danny berpikir Mia Berry akan menjadi satu-satunya teman yang ia punya, Will Anderson datang dan mengubah hidupnya. Will memperlihatkan kepadanya dunia yang ingin ia lihat. Will juga membuat Danny mempertanyakan sesuatu tentang dirinya. Tapi, sebelum Danny sempat menemukan jawabannya, Will menghilang.
Label:
ICE CUBE,
Review 2015
Review Swiss: Little Snow in Zürich
Tuesday, August 11, 2015
Judul : Swiss: Little Snow in Zürich
Pengarang : Alvi Syahrin
Penerbit : Bukune
Tebal : 308 Halaman
Tahun 2013
Di Zürich,
Ada kisah tentang salju yang hangat, tentang tawa yang mencair. Membuat Yasmine tersenyum bahagia.
"Ich liebe dich,"—aku mencintaimu—bisik gadis itu, membiarkan repih salju membias di wajahnya. Manis cinta dalam cokelat yang laki-laki itu berikan membeku menjadi kenangan di benaknya, tak akan hilang.
Di puncak gunung Uetliberg—yang memancarkan seluruh panorama Kota Zürich—bola-bola salju terasa hangat di tangannya, kala mereka bersisian. Dan Jembatan Münsterbrücke, jembatan terindah dan tertua di Zürich, seolah bersinar di bawah nyala lampu seperti bintang.
“Jika aku jatuh cinta, tolong tuliskan cerita yang indah,” bisik gadis itu. Ia tahu ia telah jatuh cinta, dan berharap tak tersesat.
Namun, entah bagaimana, semua ini terasa bagai dongeng. Indah, tetapi terasa tidak nyata.
Tschüs—sampai jumpa—
Yasmine, semoga akhir kisahmu indah
Label:
BUKUNE,
Review 2015
Subscribe to:
Posts (Atom)