Penulis : Anggun Prameswari
Penerbit : Gagasmedia
Tebal : 324 halaman
Terbit : November 2015
SINOPSIS
Sayang, menurutmu apa itu cinta? Mungkin beragam jawab akan kau dapati. Bisa jadi itu tentang laki-laki yang melindungi. Atau malah tentang bekas luka dalam hati-hati yang berani mencintai.
Maukah kau menyimak, Sayang? Kuceritakan kepadamu perihal luka-luka yang mudah tersembuhkan. Namun, kau akan jumpai pula luka yang selamanya terpatri. Menjadi pengingat bahwa dalam mencintai, juga ada melukai.
Jika bahagia yang kau cari, kau perlu tahu. Sudahkah kau mencintai dirimu sendiri, sebelum melabuhkan hati? Memaafkan tak pernah mudah, Sayang. Karena sejatinya cinta tidak menyakiti.
REVIEW
Bi sejak kecil diperlakukan dan didik cukup keras oleh ayahnya. Sejak kecil apapun yang Dia lakukan tidak pernah sempurna dimata ayahnya. Ayahnya seakan menilai Bi tidak istimewa sebagai anak. Termasuk saat Bi memutuskan untuk menikah.
Bi menikah dengan laki-laki bernama Bram. Bi bertemu dengan Bram saat Dia merasa tidak ada laki-laki yang akan menerima dirinya seperti Bram. Karena itu saat Bram menjanjikan kebahagiaan untuk menikah bersamanya, Bi langsung menyetujuinya.
Ternyata jalan pilihan Bi salah. Bram menjadi sosok yang sama sekali tidak dikenalnya saat Bi sudah memutuskan untuk menikah dengannya. Hal sepele yang tidak sempurna dimata Bram langsung menyulut kemarahan yang menimbulkan trauma psikis dan sikis dalam benak Bi.
Dari pernikahan bersama Bram, Bi memiliki seorang anak laki-laki bernama Karel. Kehadiran Karel lah satu-satunya penyemangat untuk tetap hidup dan bertahan. Berkali-kali Bi disakiti tapi Dia mencoba untuk tetap menjalani hidupnya.
Sampai suatu titik saat Bi berada dititik terlemahnya. Bi berpikir Dia harus mengakhiri segala penderitaan yang terus dideranya. Dengan bantuan Karel dan Sindhu, Bi diajarkan untuk mencoba memaafkan.
"Maafkan dulu semua yang menyakitimu. Maafkan juga dirimu sendiri karena selama ini membiarkan dirimu disakiti." (halaman 2015)------------------------------------------------
Anggun Prameswari hadir kembali dengan karya terbarunya berjudul; Perfect Pain. Ini bukan pertama kalinya aku membaca karya Anggun. Setelah sebelumnya aku terkesima dengan karyanya yang berjudul; After Rain, karya terbarunya ini langsung aku jadikan wishlist teratas untuk segera dibaca.
Berbicara dari cover yang diberikan sebenarnya pada awalnya aku menilainya jelek sekali. Jujur saja, gambar vas bunga dengan latar warna yang soft tidak menarik perhatian pengunjung saat sedang berkunjung ke toko buku. Namun, jika kamu sudah mulai membaca kisah ini akan menemukan alasan digunakannya gamabr vas sebagai covernya.
Berbicara mengenai tokoh yang dihadirkan, aku langsung kesal sekali akan sosok Bi dalam beberapa halaman mulai baca. Bi sebagai sosok cewek lemah sekali menurutku. Pasrah. Tidak ada perlawanan dan tidak mau berusaha untuk melawan sesuatu yang buruk sedang menimpanya.
Perlakuan buruk Bi yang diterima ayahnya dimakan mentah-mentah oleh Bi, terlebih sosok Ibunya tidak hadir disamping Bi sebagai figur yang membantunya membalut luka tersebut. Seperti lingkaran setan, Ibunya juga tidak mampu melawan suaminya sendiri.
Aku suka sekali dengan sosok Karel dalam kisah ini. Aku suka bagaimana anak seusia Karel sudah menjaga Ibunya dari perlakuan buruk ayahnya. Namun, Karel yang digambarkan sudah menempuh sekolah dasar kelas enam tidak sesuai dengan imajinasiku saat membaca setiap deskripsi yang ada tentangnya dalam kisah ini. Karel yang ku tangkap masih kecil, hmmm... mungkin kelas 1-3 SD. Karena anak seusia 6 SD sudah bisa berpikir dan melawan. Anak seusia 6 SD tidak imut lagi. Mereka sudah dalam fase bandel-bandelnya. Aku bilang seperti ini karena keseharianku berhubungan dengan anak-anak. Dalam hal ini penulis kurang berhasil dalam pendeskripsian tokoh Karel.
Akan lebih bagus kalau usia Karel dikurangi saja :)
Kehadiran sosok Sindhu sebagai tokoh yang membantu Bi perlahan menemukan jati dirinya langsung memosaku. Sindhu hadir sebagai sosok yang mudah dicintai perempuan akan tetatpi Dia tidak mudah mencintai perempuan sembarangan. Aku suka bagaimana cara Sindhu menyakinkan Bi untuk membuat keputusan.
Berbicara mengenai alur cerita, aku selalu suka dengan gaya bahasa yang penulis hadirkan. Gaya bahasanya ringan sehingga tidak terasa aku sudah selesai membaca kisah ini hingga akhir.
Menjelang ending, aku sebal sekali. Arrrghhhhhhh...
Rasanya tidak rela kisah ini berakhir dengan cepat. Aku penasaran akan kelanjutan kisah Bi dan Sindhu. Ada kelanjutannya gak ya?
Atau mungkin lebih baik ending Bi tetaplah seperti apa adanya dalam novel ini.
Aku menemukan beberapa typo dalam novel ini. Namun, maafkan aku hanya mencatatnya satu saja :(
"Lola mennggak air dari botol plastiknya" (halaman 248)
Kata menneggak seharunya meneguk
Typo yang aku temukan memang tidak banyak, akan tetapi jika cetakan berikutnya diperbaiki akan membuat novel ini semakin sempurna.
Kisah ini kelam tentu saja. Dengan membacanya kamu diajarkan untuk mencintai dirimu sendiri, buat dirimu bahagia dan belajarlah memaafkan kesalahan orang lain.
Overall, aku suka dengan cerita Bi dan berharap orang yang mengalami kisah seperti Bi tidak akan pasrah begitu saja, lawanlah dan cari kebahagiaanmu sendiri.
Selamat membaca! ^^
Regrads,
APRL
0 komentar:
Post a Comment