Review: Happiness by Fakhrisina Amalia

Wednesday, September 30, 2015

Judul : Happiness
Penulis ; Fakhrisina Amalia
Penerbit : Ice Cube
Tebal : 223 halaman

“Berarti nggak masalah, dong, kalau Ceria masuk MIPA tapi ambil Biologi?”

“Bisa aja, sih. Tapi kalau kamu tanya Mama, yang banyak hitung-hitungannya itu lebih spesial. Nggak sembarang orang bisa, kan?”


Bagi Mama yang seorang dosen Matematika, hitung-hitungan itu spesial. Mama selalu membanding-bandingkan nilai rapor Ceria dengan Reina—anak tetangga sebelah yang pandai Matematika—tanpa melihat nilai Bahasa Inggris Ceria yang sempurna. Karena itu, sepanjang hidupnya Ceria memaksakan diri untuk menjadi seperti Reina. Agar Mama dan Papa bangga. Agar ia tak perlu lagi dibayang-bayangi kesuksesan Reina. Agar hidupnya bahagia. Ceria bahkan memilih berkuliah di jurusan Matematika tanpa menyadari ia telah melepaskan sesuatu yang benar-benar ia inginkan. Sesuatu yang membuat dirinya benar-benar bahagia.


REVIEW

Ceria Dandelia adalah seorang gadis biasa sejak menduduki bangku sekolah dasar. Dia tidak sepintar teman-temannya yang dengan mudah dianugrahi otak yang cemerlang.
Ceria mempunyai seorang abang -Farhan- yang mendorong Ceria disaat Ceria merasa terpojok, saat merasa semua orang tidak menganggapnya spesial.

Sejak dari bangku sekolah dasar pula, Ceria sudah merasakan tidak enaknya menjadi sosok anak yang selalu dibandingkan prestasinya dari tetangga mereka bernama Reina.
Ceria yang memiliki keluarga dengan background pendidikan di bidang eksakta merasa tidak akan membanggakan kedua orangtuanya jika Dia menuruti kegemarannya dalam dunia Bahasa dan tulisan.
Mamanya selalu menanamkan dalam otak Ceria jika ilmu Eksak itu akan lebih mudah berhasil didunia kerja. Bahkan saat itu Ceria baru memulai masa remajanya dibangku sekolah menengah.

Seakan beban batinnya di rumah tidak cukup berat, di sekolah Ceria bertemu dengan Reina. Reina yang merupakan tetangganya sejak kecil merupakan sosok yang selalu dibandingan dengan dirinya. Reina jago dalam bidang berhitung dan juga merupakan ketua kelas saat itu.
Semua perhatian orang tertuju pada Reina. Sedangkan Ceria mengasingkan dirinya sendiri saat berada di kelas.
Hanya satu teman yang selalu mensupport Ceria - Doni-

"Bisa, nggak, kamu cukup pikirin apa yang kamu mau dan apa yang kamu impikan? Ini hidup kamu, kamu berhak atas hidup kamu sendiri." (halaman 123)
 Rasa iri sekaligus berubah benci semakin kuat dalam diri Ceria. Ceria hanya ingin membuat orangtuanya bangga, seperti mereka selalu membanggakan Ceria. Tapi justru hal tersebut membawa malapetaka yang tidak kunjung selesai dalam diri Ceria.

"Bagaimana rasanya, ketika kau tidak meminta apa pun tapi begitu banyak yang diberikan padamu? Bagaimana rasanya ketika hal yang kau dapatkan adalah hal-hal yang kau perlukan dan ternyata adalah hal yang menjadi penambah kebahagiaan? Itulah fungsi dari syukur ketika Tuhan memberi hal-hal kecil: untuk kali berikutnya Ia tambahkan pemberiannya menjadi lebih besar lagi." (halaman 180)
Seri YARN terbitan ice cube ini memang sejak awal menarik hati untuk pembaca membaca semua kisahnya satu persatu. Penuh dengan makna dengan tema yang berbeda. Bahasa yang digunakan juga cocok sekali dibaca oleh segala umur, terutama remaja.

Novel Happiness ini merupakan awal pertama aku mengenal tulisan Fakhrisina Amalia. Tidak tahu siapa doi dan tidak berharap tinggi akan kepuasaan setelah membaca kisah ini.
Seperti yang aku bilang diawal, seri YARN memang patut dibaca, dan aku juga tidak melewatkan judul ini.

Pertama aku ingin memuji pemilihan cover yang menurutku lebih menarik (kalau bagus bisa dikatakan sedikit pilih kasih) dibandingkan seri YARN yang lain. Cover yang muram dan cocok dengan isi cerita menjadi poin plus pertama menarik peminat orang untuk nengok membeli buku ini.

Untuk soal cerita juga idenya briliant walau bisa dikatakan biasa aja. Kenapa aku bisa memujinya Briliant? Karena ternyata penulis masih berusia muda. Dia mampu menuliskan seluk beluk dunia perkuliahan dengan baik. Aku memuji tulisan ini.

Konflik yang diangkat juga cukup membuat aku kesal. Kesal dalam artian bagus tentu saja. Bagaimana tidak? Penggambaran konflik dalam kisah ini sering sekali kita temui dalam dunia nyata. Tapi terkadang memang anak akan melakukan sama halnya dengan Ceria. Memasang tampang palsu, seakan keinginan orangtua mereka adalah hal baik dan harus mereka ikuti.
Mungkin buat para remaja yang bingung harus menghadapi orangtua mereka yang selalu menuntut hal diluar kemampuan yang dimiliki atau dituntut menjalani sesuatu yang tidak mereka sukai, jelas kalian harus membaca novel ini.

Aku suka sekali setiap tokoh yang ada dalam cerita ini. Ceria yang walaupun berusaha untuk membuat dirinya berharga dimata kedua orangtuanya, tapi Dia menunjukan berbagai usaha untuk mencapainya.
Reina walaupun digambarkan dengan sosok yang memiliki segalanya, ternyata Dia juga mempunyai sesuatu yang Dia butuhkan hanya saja tidak pernah Dia dapatkan.
Dan Oh Demin Tuhan! Aku suka sekali akan tokoh Farhan.
Farhan sosok kakak yang menyayangi adiknya. Sosok kakak yang selalu membela adiknya saat adiknya tidak tahu kepada siapa Dia bersandar.
Sosok Doni yang digambarkan sebagai tokoh sampingan tapi ternyata cukup membuat kita menaruh perhatian pada kepeduliaannya.

Dan arghhh! aku lagi-lagi harus memuji penulis akan gejolak emosi yang terjadi antara Farhan dan Ceria yang dapat diterima dengan baik olehku. AKU BAHKAN MEMBACA KISAH MEREKA SAMBIL BERKACA-KACA!
Aku sedih sekali dengan ikatan emosi yang ditunjukan oleh Farhan dan Ceria.
Betapa menggambarkan kalau sosok saudara kandung adalah suatu hubungan yang tidak akan pernah putus sampai kapanpun.

WOAGHHH! terakhir dari reviewku ini, aku sangat menyarankan siapapun remaja diluar sana untuk membaca kisah ini. Aku juga menyarankan mereka untuk berani mengambil langkah akan sesuatu hal yang mereka sukai, jangan selalu menuruti dengan mentah apa perkataan orangtua.

Untuk debut pertama Fakhrisina Amalia yang ku baca ini, 4* jelas aku berikan.
Selamat membaca kisah YARN lainnya juga ya!
 

0 komentar:

Blog contents © Book world 2010. Blogger Theme by Nymphont.