Review: Last Forever by Windry Ramadhina

Wednesday, October 28, 2015

Judul : Last Forever
Penulis : Windry Ramadhina
Penerbit: Gagasmedia
Tebal : 384 halaman
Terbit : Oktober, 2015

SINOPSIS




“Seharusnya, aku tidak boleh mengharapkanmu. Seharusnya, aku tahu diri. Tapi, Lana..., ketakutanku yang paling besar adalah... aku kehilangan dirimu pada saat aku punya kesempatan memilikimu.” — Samuel

“Untuk berada di sisimu, aku harus membuang semua yang kumiliki. Duniaku. Apa kau sadar?” — Lana

Dua orang yang tidak menginginkan komitmen dalam cinta terjerat situasi yang membuat mereka harus mulai memikirkan komitmen. Padahal, bagi mereka, kebersamaan tak pernah jadi pilihan. Ambisi dan impian jauh lebih nyata dibandingkan cinta yang hanya sementara. Lalu, bagaimana saat menyerah kepada cinta, justru membuat mereka tambah saling menyakiti? Berapa banyak yang mampu mereka pertaruhkan demi sesuatu yang tak mereka duga?


REVIEW

Lana sangat menyukai sebuah film dokumenter dalam festival film di Paris. Film itu begitu memukau menurutnya. Dia pun penasaran siapa sosok yang membuat film tersebut.
Bermodal pesan singkat yang Dia titipkan di meja repsionis hotel, Lana pun berkenalan dengan Samuel.

Perkenalan Lana dengan Samuel di Paris berjalan begitu saja. Mereka bahkan tidak menanyakan nomer telepon satu sama lainnya. Takdirlah yang membawa mereka kembali betemu di Washington, tempat Lana bekerja. Pertemuan kedua mereka membawa mereka ke dalam hubungan yang lebih intim lagi.

Sama-sama bekerja dalam dunia film ternyata membuat mereka dapat dekat dengan mudah. Samuel yang saat itu memiliki sebuah studio film -hardi- yang sudah mempunyai nama bertaraf internasional sangat suka kebebasan. Baginya diatur oleh seorang perempuan tidak pernah melintas dalam benaknya. Banyak perempuan silih berganti disamping Samuel, walau hanya semalam. Tidak pernah terpikirkan dalam benak Samuel untuk peduli pada seorang perempuan. Oleh karena itu Dia menyukai sensasi gairah yang timbul dihubungannya dengan Lana. Bebas. Tidak terikat.


"Aku tiga puluh tiga tahun, sialan. Lagian, perempuan tidak untuk dimiliki. Hubungan yang ideal adalah hubungan yang tanpa ikatan. Dengan begitu, laki-laki dan perempuan bisa bersama sekaligus tetap sendiri." (halaman 16)

Lana baru memulai karir nya di National Geographic Channel sangat benci sebuah komitmen. Dia tidak mau komitmen membawanya harus melepas kebahagiaan yang sudah Dia miliki. Mengelilingi banyak tempat indah, merekam sebuah peristiwa, itu membuat Lana bahagia. Kisah dalam keluarga Lana membuat Dia membenci sebuah komitmen. Alasan itulah yang membuat Dia nyaman menjalin hubungan tidak terikat bersama Samuel. 

Semua berjalan mulus selama tujuh tahun. Sampai saat mereka bertemu dengan sebuah momen yang meluapkan rasa rindu antara keduanya, rasa rindu yang berlebih itu memaksa mereka memikirkan ulang prinsip mereka. Memaksa untuk memikirkan sebuah komitmen bernama pernikahan.

Yuhuu... Windry Ramadhina hadir lagi dengan karya terbarunya dan langsung mengadakan pre order dengan bonus book jacket. Tentu aku langsung ikutan pre order tersebut.
Kali ini penulis menghadirkan sebuah karya dengan tema berbeda dibanding karyanya yang lain, yaitu pernikahan.

Aku sangat menyukai sosok Samuel. Laki-laki tampan, bebas, dingin tapi mampu menentukan setiap langkahnya dengan baik. Samuel benar-benar digambarkan sebagai sosok yang gentlemen. Sosok Lana juga mampu menghadirkan kisah kelam yang pernah dilihatnya. Aku bisa memaklumi bagaimana akhirnya Dia bersikap. Sosok pendamping tokoh -Rayyi- suka menarik perhatian. Semua perkataannya benar-benar mampu mengubah pandangan Samuel akan masalahnya.

Aku suka dengan ilustrasi yang hadir dalam buku ini. Membayangkan kenapa bukan ilustrasi dimana Samuel mencium kening Lana saja yang dijadikan book jacket.

Jujur saja aku mempunyai ekspektasi tinggi akan novel ini. Namun aku harus berakhir kecewa.
Penulisannya tetap bagus seperti biasa. Hanya saja tema yang diangkat tidak baru. Hal tersebut membuat alur cerita ini mudah ditebak. Aku jadi tidak menemukan twist dalam cerita ini yang membuatku kaget. Tidak ada. Bahkan aku pernah membaca kisah yang hampir mirip dengan penulis yang berbeda.

Hanya sosok Samuel mungkin yang membuat novel ini menarik. Segala hal tentang Samuel menambah novel ini semakin  manis.
Aku masih menunggu karya terbaru Windry yang segar di tulisannya selanjutnya.
Novel ini bukan berarti jelek, cocok buat kamu yang menyukai tema pernikahan.
Novel ini mudah disukai bagi kamu yang menyukai tokoh cerita yang kuat dan romantis.
Alur cerita yang mengalir apa adanya membuat novel ini cepat sekali selesai dibaca.

Novel ini mengajarkan sebuah komitmen tidak selamanya buruk. Komitmen tidak akan merengut kebahagiaan yang sudah kamu miliki. Kamu hanya perlu bersedia menerima hal yang baru dan kebahagiaan itu akan datang dengan sendirinya. Komitmen tidak sejelek itu untuk dijalani.

Patut dijadikan pilihan saat waktu sengang kalian!
3* untuk novel ini.
Selamat membaca dan jatuh cinta dengan Samuel!

 

0 komentar:

Blog contents © Book world 2010. Blogger Theme by Nymphont.