Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Tebal : 404 halaman
Terbit : September 2015
SINOPSIS
"Aku tahu sekarang, lebih banyak luka di hati bapakku dibanding di tubuhnya. Juga mamakku, lebih banyak tangis di hati Mamak dibanding di matanya."
Sebuah kisah tentang perjalanan pulang, melalui pertarungan demi pertarungan, untuk memeluk erat semua kebencian dan rasa sakit."
“Selalu ada hal baru yang bisa direnungi dan dipahami dari novel-novel Tere Liye.”
—Pulin Sri Lestari, ibu rumah tangga
“Saat ini kita cenderung tidak lagi peduli pada banyak hal, namun novel-novel Tere Liye membantu kita untuk melihat lebih dalam dan peduli.”
—Tiara, guru/dosen
“Kayak buku pelajaran, tapi seru. Mamah kamu nggak akan ngambek kalau kamu baca novel-novel Tere Liye.”
—Khoerun Nisa, siswi SMA
“Membaca novel-novel Tere Liye seperti pulang ke rumah. Berapa jauh pun kaki melangkah, selalu ingin kembali.”
—Evi, buruh migran Indonesia
REVIEW
Ini adalah cerita tentang Bujang. Seorang anak dari pasangan orangtua yang memiliki latar belakang cinta menyedihkan. Ayah Bujang merupakan seorang tukang pukul, sedangkan Ibunya merupakan anak seorang petinggi agama di daerahnya.
Sejak kecil hubungan Bujang dengan ayahnya tidak baik. Ayahnya selalu memukulnya jika Bujang dianggap melanggar peraturan, memukulnya jika Bujang ketahuan belajar agama bersama Ibunya.
Saat umur Bujang menginjak 15 tahun Dia harus pergi meninggalkan Ayah dan Ibunya ke kota dibesarkan oleh keluarga Tong.
Hidup bersama Tauke Muda, Bujang diajarkan untuk berburu Babi Hutan. Bahkan Bujang disekolahkan hingga tinggi, sesuatu yang tidak pernah Bujang dapatkan saat Dia bersama kedua orangtuanya di desa dulu.
Waktu terus berlalu saat Bujang hidup dikeluarga Tong. Berteman dengan puluhan tukang pukul. Bujang mempelajari banyak ilmu disana. Menembak, berkelahi bahkan menjadi seorang ninja sejati.
Tidak pernah satu kalipun Bujang pulang ke desa mengunjungi Ayah dan Ibunya.
Bujang dikenal tidak pernah menghadapi rasa takut. Babi Hutan orang biasa menyebutnya. Dia amat disegani karena kepintarannya.
Hingga kabar duka itu datang. Bujang harus menghadapi rasa takutnya kembali. Bujang juga harus menghadapi penghianatan yang datang.
Mampukah Bujang mengembalikan rasa keberaniannya?
"Tapi benarlah kata orang, meski semua hal itu adalah kenangan menyakitkan, kita baru merasa kehilangan setelah sesuatu itu benar-benar pergi, tidak akan mungkin kembali lagi." (halaman 241)---------------------------
Ini mungkin awal percobaanku membaca tulisan Tere Liye. Sejak novel ini diterbitkan aku pun penasaran untuk segara membacanya. Mungkin karena novel ini menampilkan sinopsis yang menarik dan judul yang membuatku penasaran.
Awalnya juga aku mengira judul Pulang akan membawaku pada kisah keluarga yang biasanya ditulis oleh Tere Liye. Ternyata aku salah.
Novel ini menggunakan alur maju mundur. Menceritakan tentang kehidupan Bujang. Bujang merupakan sosok anak yang digambarkan memiliki prinsip tinggi akan kesetiaan. Dia bukanlah anak yang rajin beribadah, tapi Dia mengikuti nasihat Ibunya untuk tidak meminum minuman keras juga makan makanan haram menurut agama yang diyakini Ibunya. Tidak ada secara spesifik disebut agama dalam cerita ini.
Sebagai pembaca pemula akan tulisan Tere Liye aku sangat jatuh cinta akan cara penulis bercerita.Penulis pintar sekali membawa emosi pembaca sehingga tidak sabar untuk segara tahu apa kelanjutan ceritanya. Cerita dalam novel ini juga sungguh membuat aku ikut deg-deg an. Akan semua petualangan Bujang yang ditampilkan.
Tokoh favoritku ialah pasti Bujang. Aku suka sekali bagaimana Dia menghadapi semua masalah yang ada. Aku suka sekali bagaimana penulis membawa Bujang mengatasi rasa takutnya sendiri sehingga Dia kembali menemukan jati dirinya.
Novel ini bukan hanya tentang petualangan Bujang didunia gelap shadow economy tapi juga menggambarkan kisah persahabatan, keluarga dan cinta.
"Akan selalu ada hari-hari menyakitkan dan kita tidak tahu kapan hari itu menghantam kita. Tapi akan selalu ada hari-hari berikutnys, memulai bab yang baru bersama matahari terbit." (halaman 345)Untuk setiap pembaca yang menghindari tulisan Tere Liye karena adanya paradigma tulisan penulis akan selalu berat dan sulit untuk dinikmati, mungkin kalian dapat mencoba untuk mulai membaca pada novel ini.
Kisahnya seru. Penuh situasi mencekam yang bakal ngebuat emosi kamu ikut larut akan petualangannya.
Novel ini juga mengajarkan pesan moral akan pentingnya kesetiaan, berani menghadapi rasa takut dan selalu menuruti nasihat orangrtua.
Tidak sabar untukku membaca kisah tulisan Tere Liye lainnya.
4* Aku berikan.
Selamat membaca!
3 komentar:
boleh tolong jelaskan akhirnya? buat tugas hehe
Ayo pril, dibaca lagi karya Bang Tere Liye lainnya. KEREN pokoknya :)
"Tapi benarlah kata orang, meski semua hal itu adalah kenangan menyakitkan, kita baru merasa kehilangan setelah sesuatu itu benar-benar pergi, tidak akan mungkin kembali lagi."
Ouch!!!
Post a Comment