Penulis : Indah Hanaco
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 289 halaman
Terbit : Oktober 2015
SINOPSIS
Hidup bisa menjadi terlalu rumit bagi Sophie, gadis yang usianya baru melewati angka dua puluh. Fakta pahit memaksanya lebih dewasa. Bersama Amara dan Brisha, mereka punya kisah yang bisa menegakkan bulu roma.
Lalu sebuah perjalanan tak terduga mengubah ketidakpercayaan Sophie akan cinta. Pertemuan yang awalnya dianggap sebagai petaka, malah memberi warna dalam hidup Sophie.
Dari Nyhavn hingga Nias, Sophie mendapati hatinya tak lagi aman. Ada Jamie Keegan yang membuat Sophie tak kuasa berpaling. Namun Jamie bukan orang biasa. Mantan atlet sepakbola yang terpaksa mengakhiri karier gemilangnya karena cedera dan kemudian banting setir menjadi aktor, punya terlalu banyak pesona. Dan Sophie terlalu gentar untuk berjuang.
REVIEW
Sophie Lolita seorang gadis berusia 20 tahun yang memiliki dua orang sahabat, Brisha dan Amara. Mereka menjalin persahabatan dengan kesamaan yang tanpa disadari mereka menyatukan ketiganya. Mereka bertiga sama-sama mempunyai trauma dengan masa lalu.
Seolah permasalahan yang mendera kedua sahabatnya belum cukup membuat beban pikiran Sophie, seseorang dari masa lalunya muncul kembali dalam hidup Sophie. Seseorang yang sudah membuat hatinya patah kini berusaha menjalin hubungan kembali dengan Sophie.
Belum cukup pusing dengan kehadiran orang dari masa lalunya yang tiba-tiba, Sophie kehadiran seseorang di masa lalunya yang berhubungan dengan orangtuanya. Sophie dipertemukan dengan ayahnya yang selama ini menghilang.
Tidak mudah untuk Sophie mempercayai informasi yang diterimanya. Akan tetapi ayah Sophie tidak mengenal putus asa untuk menjalin hubungan kembali dengan Sophie.
"Kenangan memang kadang menyebalkan. Mengganggu dan mengusik hidup, mirip duri yang tenggelam di kulit tanpa bisa dikeluarkan. Membuat nyeri dan bisa berbahaya." (halaman 269
Tidak mudah untuk Sophie menerima suatu yang telah lama hilang. Dia berusaha untuk membiarkan interaksi yang terjadi diantara mereka berjalan apa adanya. Interakasi yang baru terjalin membawa Sophie menemukan setumpuk kartu pos milik Joanna dan membawa Sophie berpetualang sendirian ke Negara Skandinavia. Semua perjalanan petualangan Sophie diatur oleh ayahnya.
Berharap bisa menjalani liburan yang menyenangkan, Sophie justru bertemu dengan laki-laki aneh yang menuduhnya seorang penguntit! Laki-laki yang selalu dilihatnya dengan topi, masker dan kacamata hitam itu menuduhnya memotretnya. Laki-laki itu bernama Jamie.
Pertemuan tidak menyenangkan dengan Jamie membawa petualangan baru bagi Sophie. Sampai kebohongan itu datang dan semua kebahagian yang sedang dirasakan Sophie harus terpaksa berakhir.
-----
Ini adalah novel ke duapuluh lima Indah Hanaco. Kalau diukur dengan umur manusia, berarti novel ini sudah bertumbuh menjadi dewasa. Novel yang berjudul Out of The Blue ini merupakan sekuel dari Heartling dimana semua tokohnya kembali hadir lagi dengan tokoh utamanya Sophie.
Jika kamu belum membaca Heartling jangan khawatir. Kamu tetap bisa menikmati cerita ini secara utuh, karena penulis menjelaskan secara singkat kisah tokoh yang sudah hadir di novel Heartling.
Di novel sebelumnya penulis mengangkat tokoh Sophie sebagai sosok yang peduli akan sahabat dan mempunyai kisah masa lalu yang belum terjawab, semua dapat ditemukan jawabannya di novel ini.
Sophie dengan sarkasme nya menjadi warna tersendiri dalam cerita ini.
Aku suka karakter Sophie yang diberikan. Sophie yang memiliki kepedulian tinggi terhadap sahabatnya dan keterampilannya menguasai diri saat berhadapan dengan situasi yang tidak mengenakan. Sophie benar-benar digambarkan sebagai sosok girl power sesungguhnya.
Aku suka interaksi yang diberikan antara Sophie, Joanna dan Rengga. Kehilangan orangtua selama belasan tahun tidak membuat penulis menyuguhkan hal yang lebay. Dibuat alami apa adanya.
Petualangan Sophie sendirian di negeri orang juga benar-benar menakjubkan. Sophie berani sekali. Apalagi saat Jamie muncul dan interaksi antara Sophie dan Jamie membuatku ketawa sendirian.
Banyak sinisme yang dihadirkan tapi tidak membuatku jengah. Sweet.
Semua setting tempat saat Sophie berpetualang benar-benar bagus sekali. Penulis berhasil melakukan risetnya dalam hal ini. Aku seperti ikut serta Sophie dalam petualangannya.
Bicara soal cover yang diberikan, aku suka sekali. Mengambarkan isi cerita secara keseluruhan.
Kisah ini bukan hanya tentang romance belaka. Tapi menghadirkan persahabatan, keluarga dan girl power. Bacalah dan kamu akan jatuh cinta dengan Jamie.
Aku sangat menantikan jika ada kisah kelanjutan Sophie dan Jamie dibuku selanjutnya.
4/5
-------
ASK AUTHOR
Sebelum memulai giveaway Out Of The Blue, simak dulu wawancara singkat dengan Mbak Indah Hanaco berikut:
1. Hai mbak Indah, ceritain sedikit dong proses menulis Out of The Blue ini sampai akhirnya
terbit?
"Halo, April. Proses penulisan Out if The Blue ini tergolong lancar. Sejak awal, aku memang berniat untuk menulis kisah tiga gadis remaja dengan segala problem mereka. Penginnya, bukan semata problem cinta. Novel pertama berjudul Heartling, fokus utamanya ada pada Amara Kameli. Nah, begitu ada kepastian kalau novel Heartling akan terbit, langsung bersemangat untuk bikin kisah Sophie Lolita.
Dan hal pertama yang melintas di kepala saat membayangkan Sophie adalah, adegan gadis asyik ini menjelajah Scandinavia. Entah kenapa. Novel ini selesai dalam waktu sekitar satu bulan. Agak ribet waktu harus riset seputar negara Skandinavia yang akan jadi setting sekitar setengah dari kisah ini. Sementara untuk plot sendiri tidak ada masalah berarti. Semua mengalir dengan lancar dan indah. Tuhan sangat memudahkanku saat menulis kisah ini. Saat naskahnya dikirim ke editor, tidak ada hambatan berarti. Semua boleh dibilang mulus. Proses editing hingga pemilihan kover berjalan lancar. Editorku minta masukan tentang konsep sampul yang kuinginkan. Dan saat pertama kali melihat kover ini, duh... senangnya tak terkira. Aku jatuh cinta pada sampul Out of The Blue."2. Sosok Sophie digambarkan care dengan sahabat-sahabatnya, ada inspirasi dari siapa gak
saat mbak Indah menciptakan karakter ini?
"Tidak ada inspirasi khusus tentang sosok Sophie. Begitu mulai menulis Heartling, tiap karakter hadir begitu saja. Tidak mengingatkanku pada tokoh tertentu. Mereka berbaik hati mengendap di kepala, minta kisahnya dituliskan."3. Ini novel ke 25 Mbak Indah, apa yang membedakan Out of The Blue dengan novel lainnya?
"Ini pertanyaan yang menurutku susah untuk dijawab, hahaha. Karena jawabanku pasti sifatnya subjektif. Harusnya sih pembacaku yang lebih tau. Tapi oke, aku coba jawab, ya. Dulu, aku konsentrasi menulis naskah full romance. Makin ke sini, ada idealisme yang mulai menggeliat. Out of The Blue memang kisah Young Adult, tapi problemnya (menurutku) lumayan kompleks. Usia muda tidak membuat seseorang berusia awal dua puluhan itu menghadapi problem yang ringan. Masalah mereka bukan cuma soal cinta, cita-cita, berat badan, atau jerawat. Ada orang tertentu yang menjalani hidup nan rumit. Itulah yang pengin kusampaikan di novel ini. Sophie punya masalah yang kompleks, begitu juga dengan dua sahabatnya. Problem hidup itu tidak berkompromi dengan kebeliaan seseorang.
Out of The Blue tak cuma bicara soal cinta. Tapi juga tentang sisi gelap yang kadang dipilih seseorang dengan sadar karena berbagai alasan. Uang, kesenangan, atau mungkin sekadar pacuan adrenalin. Di sini aku juga mau bilang pada gadis muda di luar sana, berhati-hatilah dalam menjalani hidup ini. Jawabannya panjang, ya? :)"4. Adakah project menulis yang kedepannya belum tercapai?
"Sampai saat ini, proyek menulisku lancar-lancar saja. Kadang memang ada yang berjalan lambat, tapi semuanya bisa teratasi. Disiplin dan kerja keras membuat semua problem bisa ditaklukkan."Sekian Ask Author bersama Mbak Indah Hanaco kali ini, semoga dapat menjawab sedikit rasa penasaranmu ya! :D
------------
GIVEAWAY!!
Dalam rangka blog tour Out Of The Blue ini, aku dan Mbak Indah Hanaco ingin memberikan 1 eksemplar novel Out Of The Blue gratis untuk kamu yang beruntung. Caranya gampang banget kok:
1. Peserta harus berdomisili di Indonesia.
2. Follow twitter @aprlboanarges dan @indahhanaco dan share Giveaway ini dengan mention kedua akun tersebut hastag #Outoftheblue.
3. Follow blog ini via GFC (Google Friend Connect) atau email (pilih salah satu)
4. Jawab pertanyaan dibawah ini dikolom komentar, sertakan nama, akun twitter, domisili, link share dan nama akun follow blog ini
Apa yang kamu lakukan untuk mengatasi trautama masa lalumu?
5.Giveway ini berlangsung dari tanggal 09 November 2015 - 13 November 2015 pukul 23.59
Pengumuman diumumkan satu hari saat giveaway ini berakhir.
6. Pemenang wajib memberikan rate Out Of The Blue setelah membacanya di Goodreads disini
Pemenang dinilai dari jawaban bukan random. Jadi, jawablah semenarik mungkin :D
Good Luck!
24 komentar:
Nama: Akhfhin
Akun twitter: @afingleek
Domisili: Jakarta Selatan
Link share: https://twitter.com/afingleek/status/663569266352877568
Follow via GFC: Akhfhin Rahardhiyanto
Jawaban:
Untuk mengatasi trauma masa lalu kalo menurutku kita harus menceritakan tentang trauma yang kita hadapi tersebut bisa ke orang yang paling dekat dengan kita dan kita percayai juga bisa juga ke tenaga profesional (psikolog). Dengan menceritakan tentang trauma tersebut kita otomatis mengurangi beban yang ada dalam diri kita yang selama ini menyembunyikan kesakitan trauma masa lalu itu. Bisa jadi kan teman dekat kita atau psikolog tersebut bisa membantu kita mengatasi trauma tersebut kan?
Memang susah menceritakan hal seserius ini but we'll never know kan? Perhaps dengan menceritakan segalanya kita bisa menjadi diri kita yang ceria dulu sebelum kejadian traumatis.
Nama: Didi Syaputra
Akun Twitter: @DiddySyaputra
Domisili: Tembilahan, Riau
Link share: https://twitter.com/DiddySyaputra/status/663575733214691328
Follow Via GFC: Diddy Syaputra
Jawaban:
Menerimanya. Seberapa pun pahit kenyataan masa lalu, akan terus kucoba menerimanya dengan ikhlas, berkarib rasa dengannya, merangkulnya erat, bagaimana pun juga masa lalu merupakan bagian dari hidup, meskipun itu menyakitkan.
Kesalahan paling mendasar terhadap trauma masa lalu yang pedih adalah lari dari kenyataan. Dan aku tidak akan melakukan hal bodoh itu, semakin aku berlari maka semakin gencar pula ia menghampiriku, menerorku, membuatku semakin terpuruk karenanya. Aku tidak ingin hal itu terjadi. Aku lebih memilih berdamai dengannya. Ketika berdamai, aku akan semakin leluasa memahaminya mengapa ia turut serta hadir dalam hidupku, dengan mudah aku bisa mencernanya dari berbagai sudut. Mungkin ini teramat sulit dilakukan, tapi jika tidak kulakukan, apa mungkin aku terus bisa berlari dari kenyataan tanpa kelelahan. No! Aku bisa terjerembab jatuh oleh karena kesalahanku memilih terus berlari, menghindarinya. Maka akan lebih bijak jika aku menyikapi trauma masa lalu dengan penerimaan. Sebab aku yakin, suatu saat aku akan terbiasa dengan keberadaannya, bahkan ia bisa menjadi "Ibrah" (pelajaran) berharga untuk hidupku ke depannya.
Masa lalu yang pahit jika diterima juga dengan pahit, maka ia akan semakin pahit. Sebaliknya, jika diterima dengan manis dan diletakkan di tempat yang juga manis maka ia akan menjadi manis.
Terima kasih!
Nama : Rigita Cahyani
Akun : @Rigita2110
Domisili : Tegal
Link share :https://twitter.com/Rigita2110/status/663660755770740736
Memiliki trauma masa lalu itu menakutkan, karena trauma bisa mnjdikan seseorang berubah drastis. Menurutku trauma itu harus dilupakan walau sulit, mencoba mencari sesuatu yg baru yg jauh dr hal2 yg bikin kita trauma. Kalau aku udah pasti susah bgt krna aku orang yg susah melupakan, aku bakalan milih curhat ke orang terdekat sprti mama, aku bukan tipe orang yg tahan memendam masalah, dan kalo aku punya trauma pasti aku akan jd orang yg sangat benci kepada hal yg berhubungan dgn traumaku
Nama: Faiz Istighfara
Akun twitter: @istighfaraFaiz
Domisili: Sidoarjo, Jatim
Link share: https://twitter.com/istighfaraFaiz/status/663688751651028992
Follow via GFC: Faiz Istighfara
Jawaban:
Saya belum punya trauma, sih, di masa lalu. Tapi bagaimanapun, trauma itu ada untuk dilawan. Dia seperti penyakit yang mengerogoti kita dan menunbuhkan ketakutan dari dalam. Dan kita harus melawannya, dan tidak pernah membiarkan trauma itu menang untuk menguasai kita.
Nama : Afika Yulia Sari
Twitter : @afikayulia
Domisili : Jakarta
Link Share : https://twitter.com/afikayulia/status/663691467467026432
Nama akun follow : Afika Yulia
Hal yang aku lakukan untuk mengatasi trauma masa laluku adalah menghabiskan waktu dengan melakukan sesuatu yang dapat membuatku senang. Seperti membaca buku, nonton film, kumpul dengan sahabat, jalan-jalan, touring, dan masih banyak lagi
Nama: Kiki Suarni
Twitter: @Kimol12
Domisili: Batubara-Sumut
Akun follow: kikisuarni616@yahoo.com
Link Share: https://mobile.twitter.com/Kimol12/status/663789078140223488
Jawaban:
Mungkin bukan melupakan tapi mencoba berdamai dengan masa lalu. Bagaimana pun, kita tidak bisa melupakan masa lalu (kecuali amnesia) karena masa lalu adalah bagian dari perjalanan hidup. Mencoba ikhlas dan menerima adalah kuncinya. Walaupun trauma masa lalu itu pahit, tapi percayalah jika kita ikhlas menerimanya Tuhan pasti memberikan jalan untuk kita mengatasi trauma tersebut. Walau mungkin trauma masa lalu itu akan sering teringat, tapi cobalah untuk bangkit dengan menjadikan diri kita pribadi yang lebih baik lagi. Karena waktu terus berputar dan hidup harus terus bergerak maju. Jadikan masa lalu sebagai pelajaran hidup. Karena kita hidup untuk masa depan. Whatever did, life must go on!
Terima kasih.
Nama : Betty
Twiter : @betty_nu8
Link share :https://mobile.twitter.com/betty_nu8/status/663855169390510080
Follow via: email betynugroho@gmail.com
Jawaban
Untuk mengatasi trauma adalah dengan menghadapinya bukan menghindarinya. Trauma itu seperti luka dalam tubuh kita, akan selalu menempel dan ikut kemanapun kita melangkah dan setiap melihatnya akan mengingatkan kita kembali akan rasa sakitnya.
Satu-satunya cara untuk menghilangkan luka itu adalah dengan memberikannya salep yang mau tak mau kita harus menyentuhnya, mungkin awalnya akan terasa sakit dan perih tapi semakin kita sering mengolesinya, luka itu akan semakin mengecil dan lama kelamaan akan hilang.
Mungkin akan perlu proses dan waktu yang tidak sebentar dalam penyembuhannya, tapi kalau kita membiarkannya maka luka itu akan terus mengikuti kita seumur hidup.
Tri Indah Permatasari
@LiebeIs0503
Palembang
Link share: https://twitter.com/LiebeIs0503/status/663747437748576256
Masa laluku, meski memang ada yang membuatku trauma tapi itu bukan berarti aku berlari dari permasalahan itu. Masalahnya sudah selesai hanya saja meninggalkan kenangan yang buruk. Aku bisa melupakannya, sungguh. Dan yang kubutuhkan untuk mengatasi trauma itu adalah orang yang ada disekelilingku tidak akan pernah mengingatkanku kembali pada masa lalu itu. Bukan merasa takut atau bersalah. Tapi lebih ke perasaan dimana, kenapa diungkit lagi? kenapa dibahas lagi? apa aku tidak melakukan perubahan sedikitpun, sehingga mereka harus mengingatkanku? Itu membuatku merasa percuma saja waktu yang telah ku lalui selama ini.
Desty
@destinugrainy
Palopo, Sulawesi Selatan
aku follow via GFC : destinugrainy
https://twitter.com/destinugrainy/status/663926416346509312
Mengatasi trauma masa lalu hanya bisa diatasi dengan "berdamai" dengan penyebab traumanya. Mungkin akan terasa sulit ketika harus berhadapan kembali dengan trauma itu, tapi percayalah trauma tidak bisa dihilangkan dengan melupakan
Nama: Lala
Akun Twitter: @fazidaa_
Domisili: Jakarta
Link Share: https://mobile.twitter.com/fazidaa_/status/663910852639113216
Follow via GFC: Fabiola Izdihar
Jawaban:
Aku akan memaksakan diriku untuk menghadapinya. Aku tidak akan membiarkan diriku larut dalam trauma itu, agar tidak memperparah keadaan. Trauma itu hal buruk yang pernah kita alami dan membekas di ingatan, kalau kita 'menyerahkan diri' kita pada arus tersebut, kita akan semakin terbawa, semakin takut. Sebenarnya waktu dan kekuatan diri bisa menyembuhkan trauma kalau kita benar-benar serius. Jika dihadapkan dengan hal serupa trauma masa lalu, jangan segan untuk menghadapinya. Lama-lama diri kita akan terbiasa, dan kita akan 'lupa' dengan trauma itu. Walau awalnya pasti sulit dan kita akan kesakitan, jika kita bertahan, kita pasti bisa. Contohnya aku yang trauma naik lift karena sewaktu kecil lift yang aku naiki mengalami kerusakan. Benar, bukan phobia tapi trauma. Mungkin bukan hal besar yang mempengaruhi hidupku seperti masalah keluarga, cinta, dsb, tapi cukup menyulitkan juga. Semakin hari, aku dihadapkan dengan keadaan yang mengharuskan aku naik lift. Awalnya aku tidak mau dan memilih untuk menggunakan tangga, tapi kalau terus menghindar nanti akan tersiksa dan capek sendiri. Mau ngga mau aku harus naik lift, awalnya takut, bener-bener freak out, selalu tutup mata dan pegangan orang. Tapi lama2 jadi terbiasa karena aku mau mengubah. Sekarang aku udah kayak orang biasa lainnya kalau naik lift, udah terbiasa. Intinya, kita harus menghadapinya, walau awalnya tidak mudah, waktu dan kekuatan diri sendiri akan membuatnya terbiasa.
Nama : Tasya
Akun Twitter : @tasyaamanda95
Domisili : Bandung
Link share : https://twitter.com/tasyaamanda95/status/663997296200146944
Akun GFC : Tasya Amanda
Apa yang kamu lakukan untuk mengatasi trauma masa lalumu?
Dengan cara melawan diri sendiri untuk menghadapi trauma tersebut.
Nama: Aya Murning
Twitter: @murniaya
Domisili: Palembang
Link share: http://twitter.com/murniaya/status/663955050918641664
Intermezzo dulu sedikit ya sebelum saya jawab. :)
Ketika Ibu Ainun meninggal, Eyang Habibie sering terjebak di tengah malam, bangun dan berjalan keliling rumah tanpa sendal mencari istrinya seperti anak kecil yang sedang mencari ibunya. Dokter bilang itu termasuk penyakit psikosomatik malignant. Bisa dibilang sebuah penyakit berat akibat kehilangan yang sangat mendalam. Lalu tim dokter menyarankan 4 alternatif:
1) masuk RSJ
2) tinggal di rumah, tapi selalu dipantau oleh tim dokter RSJ dan dokter dari Jerman
3) mencurahkan isi hati kepada satu tim
4) tulis dan dihadapi sendiri
Kemudian Eyang Habibie mengambil opsi ke-4. Beliau tulis sendiri. Saat beliau mengakhiri tulisan itu, saat itulah beliau baru benar-benar realize dan rela Ibu Ainun sudah pergi. Dan tulisan itu pun akhirnya menjadi buku Habibie & Ainun.
Jika dikorelasikan dengan trauma masa lalu, itu mirip seperti kasus di atas. Mengatasinya bisa juga dengan cara menceritakannya kepada orang terpercaya yang dapat memberikan solusi dan ketenangan. Tapi, menurut saya yang lebih efektif adalah dengan cara menuliskannya sendiri seperti yang Eyang Habibie lakukan. Orang yang trauma biasanya akan selalu menghindari dan menolak mengingat hal itu lagi. Padahal trauma itu harus dihadapi karena dengan begitu kita bisa buktikan pada diri sendiri bahwa kita lebih kuat dari trauma tersebut. :)
Nama : Eka Sulistiana
Akun twitter : @ekasulistiana24
Domisili : Palembang
Link share : https://twitter.com/ekasulistiana24/status/664226903801225216
Nama akun follow blog (via GFC) : Eka Sulistiana
Jawaban :
Yang akan saya lakukan yaitu berpikir positif. Meyakini diri saya, bahwa tidak semuanya akan berakhir buruk dan harus percaya bahwa dibalik peristiwa pahit yang kita alami, akan ada kebahagiaan yang dihadiahkan Tuhan kepada kita, sebagai imbalan atas kesabaran dan kekuatan yang kita miliki dalam menghadapi peristiwa pahit itu. Jadi, tak ada gunanya kita merasa takut dan trauma.
Nama : Naning Pratiwi
Akun twitter : @chelseas_lovers
Domisili : Tulungagung
Link share : https://twitter.com/chelseas_lovers/status/664255978913689600
Nama akun follow blog (via GFC) : Naning Pratiwi
Jawaban :
Trauma ya???
Aduh. memang sulit kalau berbicara tentang trauma. Mau sekuat apapun, terkadang masa lalu selalu membuat orang berpikiran berbdea. Apalagi menyangkut masa lalu yang pahit. Tapi, time will heal the pain kan? So, Mungkin banyak-banyak think positif. Buang hal-hal negatif yang ada di pikiran dengan merefres otak, mendengarkan musik mungkin, baca buku, olahraga, atau menikmati alam. Jalani seperti air mengalir, jangan dipaksa, kelak pasti hal itu akan mengabur dengan sendirinya. :D :D
Nama : Agatha Vonilia Marcellina
Akun twitter : @Agatha_AVM
Domisili : Jember
Link share : https://twitter.com/Agatha_AVM/status/664276066735910912
Nama akun follow blog (via GFC) : Agatha Vonilia
Jawaban :
Trauma itu adalah bagian dari masa lalu. Masa lalu tidak akan pernah bisa diputar kembali. Kalau trauma di masa lalu menyakitkan dan membuat kita hancur, kita harus bangkit kembali. Kehidupan itu ibarat kertas. Tidak selamanya kertas itu putih bersih, kita harus menggoreskan tinta ke sana. Apa tujuan kita hidup dan siapa yang berharap banyak pada kita? Semakin kita terjebak dalam trauma di masa lalu malah akan lebih menyakitkan orang lain daripada diri sendiri.
Aku pernah mencoba meredakan trauma di masa lalu dengan cara ini. Ambil kertas berwarna putih kemudian tuliskan aja trauma apa di masa lalumu yang benar-benar bikin kamu terpuruk bahkan ingin sekali mengakhiri hidup di dunia. Lipat menjadi seekor burung (origami). Masukkan burung itu dalam toples kaca. Taruh dalam lemari paling pojok. Beri tulisan ini pada botol : "Don't open this bottleI! My new life starts today. I am born."
nama: Aulia
akun twitter: @nunaalia
domisili: Serang
link share: https://twitter.com/nunaalia/status/664309356754657280
nama akun follow blog ini (via GFC): nunaalia 79
Apa yang kamu lakukan untuk mengatasi trauma masa lalumu?
Jawaban:
Yang pertama pasti berdoa, memohon ketenangan hati dan jiwa pada Allah SWT supaya bisa menerima apa yang terjadi dengan ikhlas.
Kedua, berbagi dengan orang lain agar beban yang dirasa menjadi lebih ringan, dengan berbagi juga aku akan mendapatkan nasehat, saran, bahkan ide-ide untuk apa yang akan aku lakukan selanjutnya, karena aku akan butuh masukan dari orang lain yg lebih berpikir rasional daripada aku yg karena trauma ini lebih emosional.
Terakhir, aku HARUS berusaha melupakan hal buruk yang membuat trauma tersebut, dan bangkit kembali menjalani hidup. Memang tidak akan mudah, tapi dengan pertolongan Allah SWT, dan doa juga dukungan orang-orang sekitar, pasti aku bisa mengatasi trauma masa lalu itu.
Nama: Annisa Widi Astuty
Domisili: Yogyakarta
Akun Twitter: @nisawidik
Link Share: http://m.writelonger.com/status/664440072293384193/tr
Nama Akun Follow: Park Chan Yeol
Jawaban:
Yang akan saya lakukan untuk mengatasi trauma masa lalu saya adalah dengan mensharingkan segala hal yang menyebabkan saya jatuh ke jurang bernama trauma. Trauma yang berkepanjangan hanya akan menjadi batu penghalang kesuksesan kita. Menjadi pribadi yang mau membuka diri adalah hal paling tepat. Trauma ada banyak macamnya. Jika berat, serahkan pada yang berwenang. Berhubung saya adalah mahasiswi semester tiga jurusan psikologi, saya akan mengajak diri saya untuk melihat ke sekeliling saya. Sejatinya jangan menganggap remeh trauma yang kita rasakan karena itu hanya akan memperburuk keadaan. Bijaklah. Perbanyak melakukan aktivitas positif yang membuat diri saya tenang, meminimalkan rahasia yang saya punya dengan lebih membuka diri, konsultasikan ke psikolog sangat dianjurkan. Intinya, saya akan berpikir ke depan. Saya akan menciptakan prinsip bahwa saya adalah orang untuk masa depan. Jika saya terkungkung oleh trauma, saya tidak akan pernah maju. Saya akan stag di masa lalu. Yang terpenting adalah, mau membuka diri dan kembalikan semuanya pada Tuhan. Tuhan akan berkehendak, kita boleh berusaha.
Maaf, ketinggalan. Saya sudah follow blog ini melalui GFC atas nama Aya Murning. Terima kasih. :)
Rini Cipta Rahayu
@rinicipta
Karangasem, Bali
https://twitter.com/RiniCipta/status/664463912704708608
GFC : Rini Cipta Rahayu
Satu-satunya cara mengatasi trauma masa lalu adalah berdamai dengan trauma tersebut. Jika kita belum berani melawan rasa takut maka selamanya kita akan tidak berani melangkah dan melepaskan diri dari belenggu masa lalu itu. Banyak cara yang bisa dilakukan misalnya dengan mencoba hal yang sama (yang membuat kita trauma) dengan mengantisipasi tindakan yang membuat kita merasa trauma, sharing dengan kertas/laptop, orang terdekat, psikolog dsb. Tapi menurutku yang paling ampuh adalah curhat dengan Tuhan, karena Ia kan selalu menyertai setiap langkah kita dan menunjukkan jalan terbaik-Nya.
Proses penyembuhan trauma itu memerlukan banyak waktu, aku yakin jika kita udah ada niat dan tekad yang bulat, tidak memaksakan diri, secara perlahan rasa trauma itu akan dapat disembuhkan.
Nama: Fionna Susilo
domisili: Bandung
twitter: @giselgiselll
link share: https://twitter.com/giselgiselll/status/664658654587699200
GFC: Fionna Susilo
Jawaban:
Sebagai manusia kita pasti pernah mengalami hal buruk yang kemudian hal buruk itu tidak dapat dilupakan hanya dalam waktu satu, dua, atau bahkan bertahun-tahun lamanya. Termasuk saya, saya memiliki trauma semasa kecil (sekitar SD) dengan guru dan teman-teman saya. Saat SD itu guru saya sangat galak, sering berteriak dengan nada sangat keras, dan kerapkali membeda-bedakan murid melalui status sosialnya. Begitu pula dengan teman-teman saya. Hal itu membuat saya trauma, dan ketika SMP saya sangat selektif memilih teman dan dalam pikiran saya guru itu jahat dan menyeramkan. Saya juga jadi tidak semangat bersekolah dan melaksanakannya dengan sangat terpaksa.
Dari pengalaman saya itu, trauma saya syukurnya bisa diatasi dengan cara mengubah pola pikir kita sendiri terlebih dahulu. Saya waktu itu mengubah mind-set saya dengan berpikir, SMP dan SD saya kan beda sekolah pasti guru dan teman2nya beda. Setelah ubah mind-set coba membuka diri dan melihat sisi positif dari masa lalu itu. Setiap kejadian pasti ada sisi positifnya kok. Setelah itu jadikan sisi positif itu sebagai kekuatan bukan ketaukan untuk menghadapi situasi yang sama pada masa sekarang. Berbagi cerita dan meminta nasehat pada guru BK, psikolog, ataupun orang tua juga saya kira mampu mengusir trauma kita karena mereka lebih berpengalaman.
Nama: Putri Prama Ananta
Akun twitter: @putripramaa
Domisili: Probolinggo
Link share: https://mobile.twitter.com/PutriPramaa/status/664920194469535744?p=v
Nama akun follow blog: Putri Prama
Pertanyaannya adalah "Apa yang kamu lakukan untuk mengatasi trauma masa lalu?"
Menurutku, pertanyaan tersebut kurang tepat. Trauma masa lalu bukanlah suatu hal yang harus diatasi, namun dijadikan pembelajaran bagi kita. Masa lalu adalah kemarin, waktu yang pernah kita lalui. Lalu, trauma sendiri adalah keadaan jiwa atau tingkah laku yg tidak normal sbg akibat dr tekanan jiwa atau cedera jasmani (KBBI).
Sulit menghilangkan trauma masa lalu. Percayalah, itu sulit sekali karena seperti kayu yang dipaku, meskipun pakunya dicabut sekalipun, selalu ada bekasnya--yang tidak akan pernah hilang kecuali kayu tersebut dihancurkan. Seperti itulah trauma masa lalu, sangat sulit untuk dihilangkan. Kita tidak mungkin menghancurkan diri kita sendiri hanya untuk menghilangkan trauma masa lalu, kan? Namun, dengan adanya 'lubang' di kehidupan, kita masih bisa menjadi lebih baik, bahkan masih hidup dengan baik.
Yang perlu dilakukan adalah show them that you get more better days now! Tunjukkan pada mereka bahwa seberapa menjengkelkannya sebuah perasaan trauma masa lalu, kita masih bisa menjalani kehidupan dengan baik. Aku pernah baca di quotes-quotes yang bertebaran di facebook: "Apa saja permasalahan yang kamu hadapi, jika kamu memiliki keyakinan pada hidupmu, kamu dapat menjadi raja dari hidupmu sendiri. Bebas!"
Yang perlu dilakukan adalah yakinlah pada diri sendiri bahwa kita bukanlah 'pembantu' dari kehidupan kita sendiri, namun, 'raja' dari kehidupan kita sendiri. Dengan motivasi itu, perlahan-lahan, trauma masa lalu akan hidup berdampingan rukun dengan kita.
Nama: Leny Hermi
Domisili: Kota Rantau KalSel
link share: https://mobile.twitter.com/Lenny66677291/status/664987515762417666?p=v
follow blog via email
cerita keorang terdekat terlebih dahulu terus setelah itu pergi jalan-jalan untuk berusaha melupakan semuanya walaupun mungkin itu tidak mudah dan memerlukan waktu yg lama, tapi aku akan tetap berusaha melupakan semua dan membuka lembaran baru dihidupku dan dimasa depan yang lebih baik. Dan semua yg terjadi akan ku jadikan pelajaran dalam hidup ini.
Nama : Nova Indah Putri Lubis
Twitter : @n0v4ip
Domisili ; Medan
Link Share : https://twitter.com/n0v4ip/status/665125056972894209
Yang saya lakukan untuk mengatasi trauma masa lalu adalah dengan cara berani mengahadapi hal-hal yang mengingatkan saya akan trauma itu. karena dengan berani menghadapinya sedikit demi sedikit pasti akan menghilangkan rasa trauma itu.
Terima Kasih ^^
Post a Comment